JAKARTA, HARIAN DISWAY – Kebijakan hilirisasi mineral mentah seolah membuat institusi internasional kalang kabut. Tak cukup Uni Eropa yang menggugat ke WTO soal pelarangan ekspor bijih nikel. Kini, giliran Dana Moneter Internasional (IMF) yang ikut-ikutan.
IMF terang-terangan meminta supaya Indonesia tidak memperluas kebijakan hilirisasi pada komoditas lain Sementara Presiden Jokowi tetap mengebut percepatannya. Bahkan ekspor bijih tembaga sudah dihentikan. "Direksi meminta untuk mempertimbangkan penghapusan pembatasan ekspor secara bertahap dan tidak memperluas pembatasan ke komoditas lain," tulis laporan IMF bertajuk IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia. BACA JUGA : Hilirisasi Bikin Pasar IPO Indonesia Masuk empat Besar Dunia BACA JUGA : Tiga Tahun, Hilirisasi Nikel Raup Rp 450 triliun IMF menyoroti ambisi Indonesia. Baik dalam meningkatkan nilai tambah ekspor komoditas mineral, menarik investasi langsung dari luar negeri, hingga pemberian fasilitas transfer keterampilan dan teknologi. Bagi IMF, kebijakan hilirisasi perlu didasari pada analisis biaya-manfaat lebih lanjut. Serta meminimalkan dampak negatif lintas batas. Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) merespons pernyataan tersebut. Bahwa Indonesia akan tetap mempertahankan hilirisasi. Ini sebagai manifestasi dari bangsa yang bersaulat. "Maka pandangan kami terhadap masa depan adalah untuk memperkuat peran kita dalam proses hilirisasi, yang merujuk pada peningkatan nilai tambah produk kami, bukan hanya sebagai pengekspor bahan mentah," kata juru bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi dalam keterangan resminya, Kamis, 29 Juni 2023. Jodi mewakili pemerintah menyampaikan terima kasih atas perspektif yang telah disampaikan IMF. Tetapi, kebijakan hilirisasi sudah mutlak harus terus dijalankan. Sebagaimana amanat Undang-Undang (UU) 1945 pasal 33 ayat 3. Selain itu, konsep hilirisasi tidak hanya mencakup proses peningkatan nilai tambah. Melainkan sampai tahapan hingga daur ulang. Ini merupakan bagian integral dari upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan menekankan pentingnya keberlanjutan. "Dan kami tidak memiliki niat untuk mendominasi semua proses hilirisasi secara sepihak," sambungnya. Tahap awal hilirisasi memang dilaksanakan di Indonesia. Namun, tahap selanjutnya masih dapat dilakukan di negara lain. Sehingga tetap ada upaya saling mendukung antarindustri tiap negara. Terkait hal itu, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan disebut bakal terbang ke Amerika Serikat (AS) dalam pekan depan. Tentu untuk bertemu Managing Director IMF Kristalina Georgieva. Luhut nantinya menjelaskan visi Indonesia lebih detail terkait hilirisasi. "Ini kesempatan kita untuk menjalin dialog yang konstruktif dan berbagi tujuan kita dalam menciptakan Indonesia yang lebih berkelanjutan, adil, dan sejahtera," tandas Jodi. Guru Besar Hukum Perdagangan Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana setuju dengan langkah yang diambil Luhut. Sebab, campur tangan IMF itu sudah menyinggung kedaulatan negara. "Harus dilawan. Mungkin ini karena kita masih punya utang dan seolah ketergantungan kepada IMF," jelasnya. Menurutnya, kebijakan hilirisasi ini memang mengusik kenyamanan. Terutama bagi negara-negara Eropa yang bergantung pada pasokan bijih nikel Indonesia. Dampaknya juga langsung ke IMF. Apalagi, lata Prof Hikmah, bila negara-negara itu juga terlibat utang ke IMF. "Jadi negara-negara Eropa ini seolah mau nabok Indonesia menggunakan tangan IMF," tandasnya. (Mohamad Nur Khotib)IMF Cegat Hilirisasi Mineral, Luhut Segera Terbang ke AS
Jumat 30-06-2023,15:55 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Doan Widhiandono
Kategori :
Terkait
Sabtu 22-02-2025,20:11 WIB
Beredar Video Hasto 'Buka Kartu', Sebut Presiden Jokowi Dalangi Revisi UU KPK
Kamis 20-02-2025,18:29 WIB
Luhut Sebut Rockfeller Foundation Tertarik Dukung MBG
Rabu 19-02-2025,08:00 WIB
Okupansi Hotel di Jatim Kena Imbas Efisiensi Anggaran: Revenue Anjlok 50 Persen, PHK Mengintai
Jumat 10-01-2025,10:09 WIB
Ini Keuntungan Ekonomi dan Geopolitik Bagi Indonesia setelah Gabung BRICS
Kamis 09-01-2025,18:58 WIB
DEN Perkenalkan Proyek Digital Pemerintahan, Luhut Optimistis Setoran Pajak RI Bisa Tambah Rp 1.200 Triliun
Terpopuler
Minggu 09-03-2025,06:00 WIB
Happy Yoongi Day! 32 Fakta Unik Suga BTS yang Berulang Tahun ke-32, si Kucing yang Hobi Belajar
Minggu 09-03-2025,08:00 WIB
Lirik dan Terjemahan Yellow Milik TREASURE, Vibes Anak Sekolah yang Kasmaran
Minggu 09-03-2025,00:23 WIB
Leverkusen vs Bremen 0-2: Die Werkself Tumbang di Kandang, Semakin Tertinggal dari Bayern Munchen
Minggu 09-03-2025,09:00 WIB
11 Kolaborasi Terbaik Suga BTS, Dari Awards Hingga Jadi Soundtrack Game
Minggu 09-03-2025,01:28 WIB
Rating Pemain Liverpool Pasca Menang Kontra Southampton 3-1, MOTM-nya Bukan Mo Salah
Terkini
Minggu 09-03-2025,17:18 WIB
Dukung UMKM, BRI Salurkan Rp 27,72 Triliun untuk KUR di Awal 2025
Minggu 09-03-2025,16:49 WIB
Whoosh Siapkan 1.346 Perjalanan untuk Angkutan Lebaran 2025, Target Layani 360 Ribu Penumpang
Minggu 09-03-2025,16:45 WIB
Minyakita Takaran 1 Liter Hanya Berisi 700 ml, Bareskrim Selidiki Dugaan Kecurangan
Minggu 09-03-2025,16:43 WIB
Simpan Megawati, Red Sparks Dihajar Hyundai Hillstate 0-3
Minggu 09-03-2025,16:16 WIB