Perhelatan Java Coffee Culture (JCC) 2023 dan Festival Peneleh sudah tuntas. Selama tiga hari, mampu menyedot enam ribu pengunjung. Ini bukti bahwa magnet destinasi wisata sejarah di Kota Surabaya amat kuat.
KAMPUNG Peneleh resmi ditetapkan sebagai kampung wisata sejarah. Pesona historisnya memang amat kuat. Masuk dari pintu mana pun selalu terasa nuansa masa silam. Kali ini, ada primadona baru. Bukan rumah HOS Tjokroaminoto. Bukan pula makam Eropa. Tetapi bangunan sederhana di Gang Pandean IV yang sudah bersolek sepenuhnya sejak 6 Mei lalu. Sekitar 200 meter dari gapura, itulah tempatnya. Sebuah rumah yang ditetapkan sebagai tempat kelahiran Soekarno alias Bung Karno. Tiang-tiang listrik dalam gang ditempeli box neon bergambar wajah Bung Karno. Tentu ini penegasan dari simpang siurnya sejarah masa kecil presiden pertama Republik Indonesia tersebut. "Dari dulu tahunya Bung Karno memang orang Blitar. Eh, ternyata arek Suroboyo ," ucap Rama Adi Amalia, Minggu, 9 Juli 2023. BACA JUGA : Presiden Soekarno Mampir Ke Toko Buku ini, saat Pulang ke Peneleh BACA JUGA : Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI: Gali Potensi Peneleh di Film Berikutnya (2) Lelaki asal Ngagel ini itu sengaja ikut rombongan tur Festival Peneleh. Persisnya bersama sejumlah pejabat usai meluncurkan Kawasan Wisata Sejarah Peneleh di Jalan Tunjungan, Minggu, 9 Juli 2023. Begitu pula yang dialami para pejabat lainnya. Mereka terkesima melihat mural di dinding gang sebelah rumah kelahiran Bung Karno itu. " Tambah apik gang iki. Lengkap saiki (Tambah bagus ini. Lengkap sekarang)" ucap anggota Komisi XI DPR Indah Kurnia. Tentu, lukisan dinding itu berbau sejarah. Mengisahkan secara kronologis perjalanan hidup Bung Karno. Bahkan sejak awal kedua orang tuanya menikah pada 1891. Hingga akhirnya Bung Karno menetap tinggal di Surabaya saat menempuh pendidikan di Hoogere Burger School (HBS). Kronologinya begitu detail. Cukup menjelaskan alasan kelahiran Bung Karno memang di Surabaya. "Karena Soekani, bapak Bung Karno, mengajarnya pindah-pindah. Jadi beliau juga ikut pindah-pindah," kata Andri Adikusumo, Humas Pokdarwis Kampung Wisata Sejarah Peneleh. Sempat ke Mojokerto hingga Blitar. Tetapi, kelahirannya memang di Surabaya. Menetap sampai usianya 6 bulan di gang itu. Buktinya langsung dari Bung Karno. Seperti kalimat yang tertulis di dinding rumah itu: "Saya dilahirkan di Surabaya, jadi saya arek Suroboyo,". Tulisan itu diambil dari pernyataannya saat menghadiri penerimaan gelar honoris causa (HC) ke-25 di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung pada 1964. Dalam pidatonya, kata Andri, Bung Karno meminta koreksi mengenai asal-usul tempat kelahirannya. Bukan di Kota Blitar, melainkan di Kota Surabaya. Ini juga didukung oleh pernyataan sejarawan Peter Kasenda beberapa tahun lalu. Maka museum rumah kelahiran Bung Karno itu diisi oleh konten-konten yang memperkuat pernyataannya. Di ruang utama, misalnya. Dinding sebelah kiri terisi oleh riwayat hidup Bung Karno yang ditampilkan dengan animasi. Dinding sebelah kanan terdapat dua ruang. Pertama, srimben alias ruang Bung Karno dilahirkan. Ukurannya cuma 4X4 meter. Berisi satu kursi dan meja kuno, lampu petromaks, beralas karpet merah. Di hadapannya ada layar yang dilengkapi sensor virtual reality . Siapa saja pengunjung boleh duduk si kursi itu. Lantas layar akan memainkan video secara otomatis. Tentu, video animasi yang lagi-lagi mengisahkan riwayat kelahiran Bung Karno.Realitas virtual yang menggambarkan sejarah masa kecil Bung Karno.-Julian Romadhon-Harian Disway- Demikian juga di ruang sebelahnya. Dinamakan ruang Koesno–yang tak lain nama panggilan masa kecil Bung Karno. Ukuran ruangnya hampir sama. Tetapi, fasilitasnya lebih sederhana. Hanya terdapat tiga kursi dan si hadapannya ada layar. Memutar video dokumenter yang dilengkapi oleh narasi sejarawan. "Rumah ini memang sepenuhnya renovasi. Tapi, sesuai catatan sejarah, di sinilah Bung Karno dilahirkan," tandas Andri. Sejak diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada 6 Mei lalu, museum ini memang tak sepi pengunjung. Rata-rata 15-20 orang tiap hari. Ketua Komunitas Begandring Soerabaia Nanang Purwono mengatakan, kehadiran museum rumah kelahiran Bung Karno ini menjadi aalah satu alasan penetapan Peneleh menjadi Kampung Wisata Sejarah. Banyak kalangan menyebut Peneleh sebagai situs kebangsaan. Untuk itulah kawasan Peneleh sangat berarti bagi seluruh warga Surabaya. Juga bagian penting dari Bangsa Indonesia. "Peneleh ini dapur nasionalisme Bangsa Indonesia dalam menciptakan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan," tandasnya. (Mohammad Nur Khotib)