BUAN, HARIAN DISWAY – Ribuan tenda berwarna merah muda, kuning, dan hijau membentang di kawasan perkemahan yang luas di Buan, Korea Selatan. Itulah tempat penyelenggaraan World Scout Jamboree. Namun, di balik keindahannya, para Pramuka harus menghadapi tantangan suhu panas yang ekstrem.
Pemandangan ini pun menjadi lazim terjadi: para orang tua dan organisasi lain hilir mudik di pintu masuk. Memberikan air minum. Atau memastikan anak-anak mereka baik-baik saja. Meski begitu, kantor berita Yonhap mengatakan bahwa banyak delegasi yang masih bertahan. Meskipun Amerika Serika, Inggris, dan Singapura mundur. Belgia pun sudah berencana mencari alternatif akomodasi. BACA JUGA : Pesta Pramuka Dunia di Korea , 11 K-Pop Tampil di World Scout Jamboree BACA JUGA : Cuaca Ekstrem di Jambore Pramuka Dunia Korsel, Kontingen Indonesia Siagakan 4 Unit Medis BACA JUGA : Jambore Pramuka Sedunia Panas, AS-Inggris Pilih Mundur Namun, ada juga kelompok pandu dari Swedia dan Jerman yang bertekad untuk tetap tinggal. Mereka menyatakan bahwa kondisi di perkemahan tersebut sudah mulai baik. Sudah bergerak ke arah pengelolaan yang benar. Terlebih, pemerintah Korea Selatan terus menerus mengucurkan sumber daya. Delegasi Swedia sangat memaknai kehadiran mereka dalam Jambore Dunia ini. Mereka menyatakan bahwa acara itu adalah pengalaman unik yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Bagi lebih dari 1.500 pemuda Swedia yang berpartisipasi, mundur berarti merampas kesempatan berharga yang jarang terjadi dalam hidup mereka.Tenda kontingen Pramuka Indonesia di Jambore Pramuka Dunia di Korsel, 6 Agustus 2023.-pramuka.id- Di tengah suhu panas yang menyengat, para penduduk setempat dengan sukarela membantu para Pramuka. Salah satu pemilik toko setempat, Han Tae-min, datang bersama anak-anaknya untuk memberikan bantuan berupa air es. Ia ingin berbagi karena pernah menjadi Pramuka ketika muda. Yang tidak terbendung adalah kritik masyarakat. Seorang ibu keturunan Korea-Amerika mengungkapkan keterlambatan ambulans . Mobil itu datang dalam rentang waktu yang "mengerikan." Padahal, sang putri yang berumur 15 tahun sedang kesadaran selama acara. Kritikan juga ramai di media sosial. Beberapa orang tua menyebut acara itu sebagai "pengalaman mengerikan" bagi para Pramuka. Seorang pandu dari Inggris mengunggah video di YouTube dengan nama Jamboree Jamie. Ia menampilkan nyamuk yang beterbangan di sekitar bilik mandi sederhana. Dalam video tersebut, Jamie mengeluhkan panas yang menyengat. Dengan lantang Jaime mengatakan bahwa jamboree itu tidak tertata dengan baik. Delegasi yang mundur pun bisa jadi pukulan bagi citra pemerintah Korsel. Karena itu, Presiden Yoon Suk Yeol langsung mengucurkan dana tambahan sebesar 6,9 miliar won (sekitar Rp 80 miliar) untuk acara itu. Pada Sabtu, 5 Agustus 2023, Yoon juga berbicara dengan penyelenggara perkemahan. Ia minta mereka mengadakan acara pariwisata yang banyak bagi anggota Pramuka dunia tersebut. Media lokal menyebut situasi ini sebagai aib nasional. Sebab, Korsel sudah empat tahun mempersiapkan acara empat tahun sekali itu. Meskipun menghadapi tantangan dan kritikan, semangat para Pramuka dari berbagai negara tetap diacungi jempol. Cuaca panas pun mereka lawan untuk bisa tetap tinggal di jambore yang merupakan pengalaman berharga itu. (Doan Widhiandono)