Mendiang Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono Dikenang Sebagai Sosok Tabah dan Bersahaja

Sabtu 12-08-2023,17:18 WIB
Reporter : Riviera Michelle
Editor : Doan Widhiandono

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Mendiang Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono merupakan uskup pertama Surabaya yang asli dari Surabaya. Arek Suroboyo. Asli Perak. Ia juga dikenang sebagai pribadi yang egaliter, bersahaja, dan tabah. Meski terkena penyakit kanker prostat sejak lama.

 

’’Meskipun mengalami penderitaan, Monsinyur menunjukkan semangat luar biasa. Orang, biasanya, kalau mengidap kanker akan putus asa dan mengeluh. Tapi, beliau itu tetap semangat dan bertahan,’’ kata Rektor Seminari Tinggi Providentia Dei Romo Antonius Padua Dwi Joko, Jumat, 11 Agustus 2023.

 

 Romo Dwijoko, sapaannya, mengatakan bahwa mendiang Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono ingin menyelesaikan masa jabatannya sampai pensiun. Umur 75 tahun. ’’Akhirnya, perjuangan Monsinyur memang sampai penghabisan. Sampai titik darah terakhir,’’ kata Romo Dwijoko.

 

Roto resmi Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono foto resmi setelah penahbisan.--Keuskupan Surabaya

 

Mendiang juga dikenal punya sifat dermawan dan rendah hati. Punya banyak asuh. Yang dibiayai sekolah. Sampai sarjana bahkan menjadi dokter.

 

’’Di saat terakhir, beliau sempat mengutarakan kecemasan. Bagaimana nasib anak-anak itu karena beliau sedang sakit,’’ kata Vikaris (Wakil Uskup) Bidang Pastoral Romo Agustinus Tri Budi Utomo alias Romo Didik.

 

Dengan sifat itu, Monsiyur Tik—sapaan mendiang—dikenal sebagai orang yang penuh perhatian. ’’Tidak tegaan,’’ kata Romo Dwijoko.

 

"Monsinyur itu konstan mengajarkan bahwa Tuhan penuh kasih. Ketika umat menghadapi kesulitan, Monsinyur mendorong mereka untuk sadar bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan dan kasih. Itu diterjemahkan bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan sehari-hari. Sikap murah hati dan pelayanannya yang terus menerus, memberikan peluang bagi orang-orang untuk tumbuh. Ini bukan sekadar ajakan dan ajaran, melainkan juga filosofi hidup," ungkap Romo Dwijoko.

 

Dalam budi hal pekerti, kemurahan hati dan semangat mendiang untuk membantu tecermin dengan jelas. Tidak ragu-ragu baginya untuk memberikan bantuan pada mereka yang menghadapi kesulitan. Dan melalui dukungan itu, orang yang dibantu dapat mengalami peningkatan dalam perkembangan.

 

BACA JUGA : In Memoriam Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksnono, Mengenang Jiwa Penuh Semangat

BACA JUGA : Mengenang Uskup Surabaya yang Bersahaja, Penyuka Mobil Taft Kebo

 

"Khususnya, perhatiannya terhadap pendidikan para calon imam sungguh menakjubkan. Tidak hanya tentang membangun fasilitas seminar, tetapi juga mengarahkan frater-frater calon imam menuju pertumbuhan yang menyeluruh. Monsinyur memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan diri melalui berbagai cara," kata Romo Dwijoko.

 

"Walaupun baru pertama kali berjumpa dengan Mgr Vincentius, kesan baik langsung terasa. Monsinyur yang saya kenal adalah pribadi yang sederhana,’’ ujar Thomas Anggoro, staf Pelayanan Pastor Keuskupan Surabaya.

 

Ia lalu menceritakan momentum ketika ditugaskan menjadi panitia retret. Setelah acara selesai, panitia berkumpul di Gereja Hati Kudus Yesus. ’’Ketika kami hendak mengambil makanan dari dapur, tiba-tiba Monsinyur lewat dan berkata, ’Tidak masalah, ambil saja makanan yang banyak.' Walaupun momen itu sederhana, namun saya merasa dekat dengan Monsinyur," tambahnya.

 

Begitu berharga bagi umat yang ditinggalkannya, bahkan momen-momen kecil dengan Uskup Vincentius tetap dikenang. Sehingga banyak yang hadir dalam upacara pemakaman hingga Misa Requiem pada 11 Agustus 2023.

 

Pada Sabtu, 12 Agustus 2023, mendiang Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono tiba di peristirahatannya yang abadi di Mausoleum Puhsarang, Kediri. (Riviera Michelle)

 

Kategori :