JAKARTA, HARIAN DISWAY- Satu lagi koalisi besar terbentuk. Kali ini digawangi partai politik yang bergabung dalam kabinet menteri Presiden Joko Widodo. Yakni setelah PAN dan Golkar mendeklarasikan dukungan untuk Ketum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Koalisi tiga parpol tersebut seperti mengulang Pilpres 2014. Hampir sepuluh tahun silam. Itu yang setidaknya dilihat oleh PDI Perjuangan.
Dulu, Prabowo didukung penguasa. Persisnya Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kali ini, ada pola yang mirip lantaran Jokowi sangat deras diisukan mendukung menteri pertahanannya itu.
BACA JUGA:Pimpin Apel Hari Jadi Pramuka Ke-62, Khofifah Minta Pramuka Jangan Berpolitik Praktis
BACA JUGA:Grha Wismilak Disita Polisi, Sahamnya Langsung Anjlok
Apalagi, salah satu orang kepercayaan Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan senang dengan keputusan Golkar. Ia sendiri merupakan ketua dewan penasehat partai berlambang pohon beringin itu.
"Saya kira bagus, gak ada masalah," ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Negara, kemarin. Ia meminta partainya tak perlu lagi lirik kanan-kiri. Meski gagal menyalonkan presiden atau wakil presiden dari partainya.
Menko kemaritiman dan investasi itu pun menegaskan bahwa Golkar sudah solid dalam menghadapi Pemilu 2024. Terutama untuk merebut lebih banyak kursi legislatif. "Saya sudah bilang ke Pak Airlangga, sekarang gak boleh terus-terus berantem. Yang rugi kita semua," ujar Luhut.
Jokowi turut angkat bicara. Bahwa ia tak mencampuri keputusan Golkar dan PAN bergabung dengan Gerindra. Tak ada komunikasi apa pun dengan Ketum PAN Zulkifli Hasan dan Ketum Golkar Airlangga Hartarto. "Ya itu urusannya partai-partai lah. Saya bukan ketua partai. Saya presiden," ujarnya di Istana Negara, Senin, 14 Agustus 2023.
BACA JUGA:Jumlah Motor Konversi Listrik Masih Jauh dari Target
BACA JUGA:Inilah Bunyi Papan Penyitaan di Grha Wismilak
Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah pun mengungkit Pilpres 2014. Kala itu partainya tak diperhitungkan oleh sejumlah pakar politik. Apalagi Jokowi pun hanya mendapat dukungan dari Nasdem, PKB, dan Hanura.
Sementara Prabowo yang berpasangan dengan besan SBY, Hatta Rajasa, disokong partai-partai yang punya mesin politik besar. Seperti halnya koalisi Gerindra sekarang.
"Jadi, bagi kami ini hal yang biasa kami hadapi," katanya usai konferensi pers di Senayan, kemarin.
Bisa bekerja dengan koalisi besar. Atau dengan tidak terlalu banyak partai. Pada akhirnya, partai lain akan mendekat untuk bekerja sama begitu PDIP menang.