HARIAN DISWAY - Selisih pertumbuhan nilai ekspor dan impor amat jauh pada Juli 2023. Itulah penyebab surplus neraca dagang turun drastis. Dari USD 3,54 miliar pada Juni menjadi USD 1,31 miliar bulan lalu.
Tercatat nilai ekspor mencapai USD 20,88 miliar. Hanya tumbuh 1,36 persen secara bulanan. Sedangkan pertumbuhan nilai impor mencapai 14,10 persen. Mencatatkan angka USD 19,57 miliar.
BACA JUGA:Ekspor Pasir Laut
BACA JUGA:Dahsyat, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selalu di Atas 5 Persen Selama 7 Kuartal
BACA JUGA:Jatim Ekspor Test Market ke Tiga Negara
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, surplus neraca perdagangan Juli 2023 merupakan capaian selama 39 bulan secara berturut-turut. Tepatnya terhitung sejak April 2020.
"Surplus ini ditopang komoditas nonmigas," ujar Amalia saat konferensi pers, Selasa, 15 Agustus 2203. Nilainya mencapai USD 3,22 miliar. Komoditas penyumbang terbesar adalah bahan bakar mineral, terutama batu bara [HS 27], CPO [HS 15], serta barang besi dan baja [HS 72].
BACA JUGA:Imbas Kawasan Ekonomi Khusus di Gresik dan Malang, Sedot Ratusan Ribu Tenaga Kerja
BACA JUGA: Jatim Ekspor 15 ton Rumput Laut ke Australia
Sementara itu, ekspor migas dan nonmigas mencatatkan perkembangan yang berbeda. Yakni, ekspor migas pada Juli 2023 turun 2,16 persen menjadi USD 1,23 miliar secara bulanan. Lalu, ekspor nonmigas naik 1,62 persen, menjadi USD 19,65 miliar secara bulanan.
Sebetulnya, realisasi surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli ini di bawah proyeksi konsensus ekonom. Banyak yang memprediksi rata-rata mencapai USD 2,53 miliar. Atau menyusut dari realisasi Juni 2023 sebesar USD 3,45 miliar.
BACA JUGA:Agunan Produk Ekonomi Kreatif
BACA JUGA:Penggerak Ekonomi Syariah