JAKARTA, HARIAN DISWAY - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengungkapkan bahwa sebagian besar bencana yang terjadi belakangan ini didominasi oleh karhutla (kebakaran hutan atau lahan).
Pada saat ini, Indonesia telah memasuki puncak musim kemarau yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus 2023.
Di beberapa wilayah, terutama Pulau Jawa, masalah karhutla semakin merajalela, terutama di daerah pegunungan.
Kekeringan telah berlangsung selama lebih dari 60 hari di Pulau Jawa, yang selain menjadi indikator kekeringan yang sangat signifikan, juga meningkatkan risiko terjadinya karhutla. Pegunungan menjadi daerah yang rentan terhadap kebakaran.
Abdul Muhari mengungkapkan dalam live streaming Disaster Briefing di kanal YouTube BNPB Indonesia pada Senin, 11 September 2023, bahwa dampak ekstrem dari kekeringan adalah percepatan penyebaran karhutla.
BACA JUGA:Kebakaran Bukit Telettubies Gunung Bromo, Polisi Tetapkan Tersangka
BACA JUGA:Kebakaran di Bukit Teletubies Bromo Dinyatakan Sudah Padam, Kata Kalaksa BPBD Jatim
"Angka karhutla yang tinggi tidak disebabkan oleh El Nino atau musim kemarau, melainkan sebanyak 90 persen disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini sudah pasti," ujarnya.
Di wilayah Pulau Jawa, terdapat lebih banyak permukiman penduduk daripada pegunungan.
Oleh karena itu, karhutla sering kali dipicu oleh pembakaran sampah yang tidak terkontrol dan aktivitas manusia lainnya.
Foto prewedding pasangan memegang flare yang akhirnya memicu percikan api hingga terjadi kebakaran puluhan hektar lahan di Bromo, Rabu 6 Agustus 2023. -Instagram-
Sebagai contoh, kebakaran hutan di Gunung Arjuno beberapa waktu lalu memerlukan pemadaman selama 4 hari dengan penggunaan sekitar 12.000 liter air.
Sementara itu, pemadaman api di Gunung Bromo baru dimulai pada Minggu, 10 September 2023.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau tahun 2023 ini akan berlangsung cukup lama hingga bulan Oktober.
BACA JUGA:Kebakaran di Gunung Bromo Masih Belum Reda, Pemadaman dengan Water Bombing Mulai Dilakukan