HARIAN DISWAY – Keputusan bacapres Prabowo Subianto untuk mengusung Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal cawapres nya menuai banyak reaksi yang beragam dari masyarakat.
Para pengamat politik pun juga tak luput dalam mengomentari langkah yang Prabowo ambil ini. Salah satunya adalah pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah yang menilai keputusan Prabowo ini bisa menjadi blunder.
Keputusan menggandeng Gibran adalah keputusan penuh risiko. Dengan kata lain, Prabowo bisa saja kembali menelan kekalahan dalam pilpres 2024 mendatang akibat keputusannya ini.
Dedi mengatakan, bisa saja hal ini merupakan keputusan ‘biasa’ bagi Prabowo mengingat latar belakang Prabowo yang berasal dari kemiliteran. Namun, dari kacamata politik, keputusan ini bisa menjadi pengantar kekalahan.
“Bisa saja bagi Prabowo keputusan ini biasa mengingat ia adalah militer, terbiasa dengan keberanian ambil risiko dalam memutuskan,” kata Dedi.
“Tetapi dalam situasi politis, ini bisa sebagai blunder yang memungkinkan Prabowo telan kekalahan. Bahkan kekalahan yang lebih buruk dari 2019,” lanjutnya.
Keputusan Prabowo dalam menggandeng Gibran ini bisa dinilai sebagai ketidakkompetenan. Masyarakat akan menunjuknya sebagai tokoh yang tidak menilai kapasitas dalam memilih sesuatu.
Ia juga akan ditunjuk sebagai tokoh yang ikut melanggengkan dinasti politik Jokowi. Ditambah lagi keadaan Jokowi yang saat ini dicap sebagai penghianat partai akan membuat sentimen kepercayaan publik melemah.
Tidak hanya pada Jokowi, tapi hal itu juga berimbas pada Gibran dan Prabowo yang secara tidak langsung terhubung satu sama lain.
BACA JUGA: Restui Gibran Jadi Bacawapres Prabowo, Tagar Kecewa Jokowi Jadi Trending di Twitter
Terlebih lagi, dengan kenyataan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan gugatan tentang syarat usia minimal pencalonan capres dan cawapres. Sehingga membuat jalan Gibran untuk maju sebagai bacawapres Prabowo terbentang lebar.
Hal tersebut membuat masyarakat menghasilkan berbagai kritik dan mulai menyebut terbangunnya dinasti politik di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyampaikan bahwa hal tersebut berpotensi menjadi hambatan utama rusaknya elektabilitas Prabowo di pilpres mendatang.
Membuat Prabowo dan Koalisi Indonesia Maju (KIM) harus kembali bekerja keras untuk menghilangkan sentimen negatif masyarakat terhadap pasangan ini.