Kemunculan mereka tetap dipadukan dengan motif sulur-suluran atau geometris berulang khas Jawa. Seperti bentuk dasar motif parang atau kawung.
BACA JUGA: Angkat Batik Suroboyo di Karnaval Tunjungan
Batik Tiga Negeri
AKULTURASI dalam selembar batik di pesisir Pantai Utara Jawa. Foto: Shafind Firstnanda Aditya, staf Rumah Merah Heritage menunjukkan motif batik Tiga Negeri yang unik di Lasem, Januari 2023. -Doan Widhiandono-Harian Disway-
Masih di Lasem, kami berjalan kaki ke Rumah Merah Heritage. Di situ juga menjadi sentra pembuatan batik. Namanya Batik Tiga Negeri.
Sejarah dan pembuatannya tak kalah unik dengan batik sinografi milik Rini Safitri. Motif-motifnya merupakan perwakinan dari tiga budaya. Yakni Tionghoa, Eropa, serta Jawa.
Perjalanan batik Tiga Negeri, yang harus melewati proses pewarnaan luar biasa panjang, sungguh memukau. Dari Lasem dibawa ke Pekalongan, lalu diboyong ke Solo.
Menempuh jarak ratusan kilometer—di saat alat transportasi belum secanggih sekarang. Hanya demi mendapatkan warna yang sempurna.
Ngomong-ngomong, kenapa batik khas Lasem harus mengandung unsur merah, biru, dan cokelat? Well, tiga warna tersebut mewakili tiga budaya yang membentuk Lasem pada masa itu.
Ketika seni membatik dikembangkan oleh para imigran Tiongkok yang mendarat di sana pada abad ke-19. Di Lasem ada warga Tionghoa, Belanda, serta orang Jawa.
Warna merah getih pitik adalah perwakilan dari budaya Tionghoa. Melambangkan kebahagiaan, keceriaan, dan kemenangan.
Biru indigo merupakan pengaruh dari kebudayaan Belanda. Tenang dan adem. Sedangkan cokelat soga merupakan representasi budaya Jawa. Yang terkenal anggun, penuh tata krama, serta arif dan bijaksana.
"Teknik pewarnaan di tiga kota itu bertahan dari zaman Belanda sampai era modern, lho. Sampai akhir 90-an masih ada yang seperti itu," terang Shafind Firstnanda Aditya, staf Rumah Merah Heritage.
Kompleks penginapan itu juga merilis produk batik yang diberi label Oemah Batik Tiga Negeri. Di lorong yang menghubungkan dua bangunan, terdapat museum yang mengisahkan sejarah batik Tiga Negeri.
Shafind sempat menunjukkan kepada kami proses-proses pewarnaan setiap kain. Dari kota ke kota. Sampai menjadi karya wastra utuh bernilai tinggi.
"Kalau sekarang, sih, kebanyakan rumah batik di Lasem sudah memakai pewarna kain sintetis. Jadi sudah enggak perlu jalan-jalan ke tiga kota lagi," tutur Shafind.