Di salah satu bagian Oemah Batik Tiga Negeri, Shafind menunjuk dua potret lawas. Hitam-putih. Foto berbentuk oval itu dibingkai pigura kayu dengan ukiran tipis di tepiannya. Kentara banget lawasnya.
"Itu dulu pemilik rumah ini," kata Shafind.
Foto kanan menunjukkan perempuan sepuh dengan pakaian berhias bordir. Kerahnya tinggi, menutup separo leher. Kerah shanghai. Ada tulisan nama di bawahnya: Oei Djioe Nio.
Sedangkan foto kanan adalah lelaki klimis memakai jas dan dasi. Namanya: Tjoa Tiong Bie.
Foto itu diletakkan di dinding ruang tengah yang terbuat dari kayu. Ada pintu di kanan-kirinya. Simetris. Khas rumah warga Tionghoa dulu.
BACA JUGA: Memeriahkan Hari Batik Nasional, Vasa Hotel Bikin Kue Batik
BACA JUGA: Pengmas FEB Unair Dampingi Penggiat Batik Tin Hingga Punya HAKI
Di bawah foto ada altar kuno milik keluarga Tjoa. Ada patung dewa di situ. Wujudnya adalah lelaki berjenggot yang tersenyum ramah. Itulah Cai Shen. Dewa rezeki.
Ya, dulu, paviliun Oemah Batik Tiga Negeri memang rumah keluarga Tjoa Tiong Bie dan Oei Djio Nio. Diperkirakan, bangunan itu berdiri pada 1870-an.
Sebagian besar bangunannya masih asli. Termasuk dinding di belakang altar dan langit-langit yang terbuat dari bilah-bilah kayu.
Dan sejak dulu, rumah itu memang menjadi sentra produksi batik keluarga Tjoa. "Salah satu buktinya adalah sketsa batik Joana Tjoa," kata Shafind.
Sketsa itu bak harta karun yang lama terpendam. Ia ditemukan di dalam beberapa koper kuno. Di dalamnya ada kain pola dan koran-koran dari abad ke-19. Sketsa itu diperkirakan juga berusia sekitar 150 tahun. Digambar dengan pensil warna-warni pada lembaran kertas tipis.
Sketsa tersebut menunjukkan jiwa seni Joana Tjoa (beberapa sumber menuliskannya sebagai Tjohana Tjoa), anak keluarga Tjoa.
BACA JUGA: Wakil Ketua DPRD Beri Atensi Batik Otentik Surabaya
Warna-warnanya berani. Cerah. Khas batik peranakan. Motifnya juga apik. Ada yang merupakan paduan garis-garis geometris dengan komposisi warna beragam. Ada yang menunjukkan bebungaan pada latar belakang warna yang menyala.
Kini, sketsa-sketsa itu dipajang pada pigura di Oemah Batik Tiga Negeri. Bersanding dengan kain batik produksi terkini. "Sketsa itu direproduksi. Jadi kain-kain ini," ucap Shafind.