Pembunuh-mutilasi satu ini beda dari yang ada. Umumnya pembunuh-mutilasi bertujuan menghilangkan jejak. Namun, James Loodewyk Tomatala, 61, membunuh-mutilasi istri, Ni Made Sutarini, 55, lalu menyerahkan diri ke polisi. Kalau begitu, mengapa korban dimutilasi?
JAWABAN pertanyaan itu cuma ada di kalbu James. Sulit diungkap. Sebab, pengakuan tersangka James ke polisi cuma begini: ”Saya menyesal membunuh dan potong-potong (istri).”
Pengakuan itu tak menjawab pertanyaan, mengapa jasad korban dimutilasi? Menjadi 10 potong. Bahwa akhirnya toh, pelaku menyerahkan diri ke polisi. Ia tidak menghilangkan jejak dengan cara membuang jasad korban.
BACA JUGA: Mutilasi di Trosobo, Sidoarjo, Jatim, dalam Kacamata Rational Choice Theory
BACA JUGA: Mayat Mutilasi Dalam Tas Kresek Hijau
James dan Ni Made, dari nama mereka, tampak berbeda suku. Namun, ini bukan SARA. Dan, mereka bukan pendatang di Malang. Tepatnya mereka mukim di Jalan Serayu Nomor 6, RT 04/RW 02, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Mereka berdua warga asli sana.
Ketua RT 04 Slamet Afandi, 48, kepada wartawan, Minggu, 31 Desember 2023, mengatakan: ”Keduanya orang sini. Asli sini. Sejak kecil. Mereka menikah di sini juga. Cuma, saya lupa tahun berapa. Mereka kenal sejak sama-sama kecil. Tapi, Pak James orangnya keras.”
Ditilik dari anak pertama mereka, (perempuan) kini usia 29, bekerja di Singapura. Anak kedua (laki-laki) kini bekerja di Bali. Berarti, mereka menikah, setidaknya, 30 tahun lalu. Saat usia James 31 dan Made 25. Istilah Jawa, James menikahi Made sebagai ”bojo jaka lara” atau istri yang pertama dikawini. Sampai pembunuhan itu.
BACA JUGA: Geger Potongan Tubuh Manusia di Kenpark, Diduga Berkaitan Dengan Mutilasi Trosobo
BACA JUGA: Inilah Mutilasi yang Asli
James pegawai PLN Malang. Sampai pensiun 2018. Made ibu rumah tangga. Mengasuh-mendidik dua anak mereka. Dengan baik. Dengan kasih sayang. Mereka tinggal di rumah dua lantai. Cuma, ya itu… James orangnya keras. Saking kerasnya, sering memukul istri dan dua anak mereka.
Ketua RW 02, sekaligus tetangga sebelah rumah korban-pelaku, Endang Lestari, 50, kepada wartawan menceritakan, cekcok James-Made seperti ”sego jangan” (bahasa Jawa: bagai nasi dan sayur. Artinya, lumrah, terjadi sehari-hari). Sejak awal mereka menikah dulu.
Endang: ”Saking seringnya bertengkar itu, sampai tetangga sini, juga warga sekitar sini, cuek. Soalnya sudah biasa. Sampai ada yang teriak-teriak berkata kasar.”
BACA JUGA: Doa Pemutilasi Ditujukan ke Wiwit
BACA JUGA: Mutilasi Kaliurang Jenis yang Jarang