Sebenarnya serangan lewat internet sudah biasa. Sudah lama ada. Di Pemilu 2014 pun sudah marak. Seperti halnya penggunaan tim buzzer, penyebar isu, membuat suatu isu tersampaikan ke ribuan, bahkan jutaan warganet.
BACA JUGA: Survei LSI di Sumbar: Prabowo-Gibran 49,8%, Anies-Imin 42,1%, Ganjar-Mahfud 4,3%
Persoalannya, di pilpres kali ini, secara umum, paslon nomor urut 2 punya elektabilitas tertinggi jika dibandingkan dengan dua paslon lain. Sebaliknya, paslon nomor 3, Ganjar-Mahfud, secara umum dianggap pada posisi peringkat kedua.
Jadi, dugaan masyarakat, ”serangan udara” itu dilakukan paslon nomor 2. Meski, dugaan tersebut tanpa bukti.
Paslon nomor 2 sudah diserang dua paslon lain melalui ”darat”, kampanye melalui negative campaign. Juga, melalui ”udara”. Bertubi-tubi, dengan aneka amunisi.
BACA JUGA: Goodbye Jokowi, Mahfud MD Mundur dari Kabinet Indonesia Maju
Ternyata elektabilitas nomor 2 tidak terganggu. Mungkin, serangan ke Mahfud itu sebagai balasan. Walaupun, serangan tersebut sangat ringan. Akun cepat dipulihkan.
Kendati, serangan ke akun Mahfud itu menambah marak suasana kontestasi pilpres. Sebagai seru-seruan. Yang tidak bahaya. Tidak berpotensi perpecahan masyarakat. Sampai tiga pekan menjelang pemilu, hari ini, suasana kamtibmas masih adem. Aman terkendali. (*)