Mendorong Pasar Tradisional sebagai Warisan Budaya, Menjaga Keunikan dari Nenek Moyang

Selasa 23-01-2024,08:51 WIB
Reporter : Purnawan Basundoro
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Cara belanja masyarakat perlahan-lahan mengalami pergeseran sejak munculnya pasar online. Hanya dengan duduk di rumah, seseorang bisa memesan barang yang diinginkan. Dalam waktu yang tidak lama pesanan akan datang. 

Dampak perubahan ini sangat dahsyat. Beberapa pasar di kota besar perlahan-lahan ditinggalkan pembeli tradisionalnya. Tidak menutup kemungkinan suatu saat salah satu pelengkap kota yang namanya pasar benar-benar akan hilang. 

Padahal, pasar merupakan salah satu produk sejarah dan budaya yang telah berumur ribuan tahun. 

Pasar lahir karena manusia memiliki keinginan atas berbagai material nyaris tanpa batas. Tapi, mereka memiliki keterbatasan untuk mengusahakannya secara mandiri. Tukar-menukar menjadi salah satu solusi untuk mengatasi berbagai keterbatasan itu. Pasar merupakan media atau arena untuk tukar-menukar barang dengan alat bantu yang namanya uang.

Kajian sejarah membuktikan bahwa pasar telah ada di Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu bukti tertua mengenai aktivitas pasar di Indonesia salah satunya ada di Candi Borobudur.
Relief pada Candi Borobudur yang menggambarkan aktivitas pasar pada zaman kuno. --

Pada salah satu relief di candi tersebut menggambarkan aktivitas jual-beli di sebuah pasar. Beberapa istilah perdagangan tertulis dengan jelas di beberapa prasasti, seperti istilah adagang, abakul, banyaga untuk menyebut pedagang. 

Pasar tumbuh bersamaan dengan perkembangan budaya masyarakat pendukungnya. Semakin maju budaya setempat, semakin kompleks juga aktivitas yang terjadi di sebuah pasar.

Munculnya pasar modern merupakan wujud semakin modern pula budaya yang dihasilkan oleh masyarakat. Dengan demikian pasar-pasar tradisional yang masih tersisa di kota maupun desa merupakan museum hidup (live museum) yang masih menyisakan unsur-unsur masa lalu. 

Perkembangan pasar di Indonesia dimulai dari aktivitas perdagangan kecil-kecilan di kampung-kampung. Para pedagang menggelar dagangan di bawah pohon besar yang rindang, atau dengan membuat gubuk kecil yang bisa dipindah dari satu tempat ke tempat lain. 

Aktivitas pasar di Jawa mengacu pada hari pasaran yang berjumlah lima (pancawara), yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. Hari pasaran merupakan siklus aktivitas pasar yang bergilir dari satu desa ke desa lain. 

Satu siklus atau rotasi yang lamanya lima hari oleh masyarakat Jawa disebut sepasar. Menurut kajian Nastiti dalam bukunya yang berjudul Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-XI Masehi, adanya rotasi pasar mengacu pada konsep panatur desa atau panasta desa yang dalam perkembangannya dikenal dengan konsep mancapat dan mancalima. Konsep tersebut mengacu pada satu desa induk dikelilingi oleh empat desa lainnya yang terletak di empat arah mata angin.
Pasar Pabean yang merupakan salah satu pasar tradisional yang masih bertahan di Kota Surabaya. -Purnawan Basundoro-

Pasar-pasar kuno sebagian besar hanya menjual barang untuk kebutuhan sehari-hari. Berupa hasil pertanian, alat-alat pertanian, serta kebutuhan dasar lainnya. Pasar semakin kompleks ketika para pedagang dari luar pulau mulai terlibat. Terutama untuk pasar-pasar di kota pesisir yang memiliki pelabuhan.

Mereka membawa dagangan dari berbagai negara yang disinggahi, menjualnya ke pembeli lokal. Setelah itu mereka membeli komoditas setempat untuk dibawa ke pasar di luar pulau. Jaringan pasar global telah mengenalkan barang-barang luar yang semula tidak dikenal sama sekali. Pasar telah berfungsi menjadi tempat pertukaran berbagai barang baik lokal, nasional, maupun internasional.

Kedatangan penjajah Belanda pada abad ke-17 telah mengubah banyak hal terhadap pasar tradisional, terutama yang terletak di perkotaan. Aktivitas pasar yang semula mengacu pada hari pasaran yang berjumlah lima ada yang diubah dengan mengacu pada hari dalam konsep Barat yang berjumlah tujuh.

Sehingga di beberapa kota besar kemudian dikenal ada Pasar Senen, Pasar Rabu, Pasar Kamis, Pasar Jumat, dan lain-lain. Namun demikian, aktivitas pasar tradisional tetap memperlihatkan keunikannya.

Kategori :