Pameran Pesona Jawa Timur oleh Anak Sanggar Merak Ati Surabaya Buktikan bahwa Setiap Anak adalah Seniman

Jumat 26-04-2024,10:25 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

Dia mengambil visual ayam bekisar, sebagai simbol cerita rakyat Sawunggaling. "Sawunggaling khas Surabaya. Ia terkenal dengan ayam bekisarnya yang tangguh. Maka saya tuangkan objek itu dalam lukisan," ujarnya.

BACA JUGA: Lobi Kantor Gus Ipul Disulap Menjadi Ruang Pameran UMKM

Dalam lukisan berjudul Ayam Bekisar itu, dia menggunakan media bolpoin dan akrilik di atas kertas berwarna hitam.

Selain itu, siswi SMPK Stella Maris itu juga menggambar figur penari remo. Hitam-putih pula dan menggunakan media yang sama. "Saya ikut sanggar Merak Ati sejak kelas 3 SD. Sampai sekarang masih aktif," ujar perempuan 15 tahun itu.

Anak paling kecil namanya Nasya Amila K. Usianya baru 5 tahun. Namun, dia memajang dua lukisan karyanya sendiri. Judulnya Taman Prestasi Surabaya dan Kota Surabaya Asri. Seperti judulnya, Nasya menggambarkan suasana kedua tempat itu.

BACA JUGA: Ambyar! Musik dan Dagelan Cak Suro Hangatkan Balai Pemuda

"Nasya soalnya suka main ke Taman Prestasi. Naik jungkat-jungkit," kata Brina Cindy Lestari, ibunya. Nasya mengangguk.

"Kalau Kota Surabaya Asri, Nasya menggambarkan suasana kota Surabaya. Ada orang jalan, ada sepeda motor, ada apa lagi, Nasya?" tanya ibunya, sembari menunjuk gambar mobil.

"Mobil," jawab anak itu, polos. Nasya bergabung dengan Merak Ati sejak berusia 4 tahun. Ibunya menemukan bakat terpendam anaknya dalam hal menggambar dan mewarnai. Di dalam Merak Ati, Nasya semakin mampu mengembangkan bakat dan imajinasinya.

BACA JUGA: Gibran dan Selvi jadi Kasir Dadakan di Event Pameran Aerostreet: Support Local Pride

Siswa Merak Ati yang kerap mendulang prestasi adalah Barra Antasena W. Ia pernah menjuarai kompetisi melukis di Jepang, Polandia dan AS.

Dalam pameran Pesona Jawa Timur, ia memajang dua karyanya berjudul Wong Suroboyo Guyub Rukun dan Tumbas Lontong Balap.


Barra Antasena W di samping lukisannya berjudul Wong Suroboyo Guyub Rukun. Berkisah tentang keseharian masyarakat Surabaya. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Karyanya berciri khas ekspresif. Dalam lukisan Wong Suroboyo Guyub Rukun, ia menggambarkan sekumpulan orang yang sedang nongkrong bersama. Namun, bagian bibirnya runcing, seperti mulut buaya.

BACA JUGA: Lobi Kantor Gus Ipul Disulap Menjadi Ruang Pameran UMKM

Lewat lukisan itu Barra seakan menggambarkan bahwa masyarakat Surabaya saat nongkrong, selalu bicara banyak hal. Seolah tak pernah kehabisan topik. Tapi justru itu yang menguatkan keakraban mereka. 

Kategori :