HARIAN DISWAY - Kadang perlu ada sesuatu yang buruk terjadi untuk mendorong seseorang menyadari sesuatu. Begitu pula pada diri Elizabeth Njo May Fen. Di antaranya ketika dia kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu yang berdekatan.
Ayahnya lebih dulu pada 2021 lalu ibunya menyusul pada 2022. Dalam titik terendah dalam hidupnya itu, Afen -panggilannya- seolah “menggugat” Tuhan.
“Saya banyak bertanya kepada-Nya mengapa begini mengapa begitu. Terutama kaitannya dengan semua rencana saya yang belum sempat saya wujudkan untuk membahagiakan orang tua,” ungkapnya.
Lebih-lebih Afen sendiri menghadapi sakit autoimun yang sangat mengganggu aktivitasnya. Sudah banyak usahanya untuk mencari kesembuhan. Bahkan hingga ke luar negeri. Sempat sih dinyatakan sembuh tapi kadang penyakit itu muncul lagi.
Bertambah dengan sakit yang baru pula. Tapi dalam keterpurukan itu, Afen lantas disadarkan bahwa kekuatan tangan Tuhan yang meliputi hidupnya sangatlah besar. Yang itu harus membuatnya bersyukur.
Terbukti banyak talenta yang Tuhan berikan sehingga dia tetap bisa menjalankan kehidupannya. Terutama sebagai pengajar di sekolah busana yang dia dirikan, Pison Art and Fashion Foundation.
Kini Afen makin percaya bahwa Tuhan berperan besar dalam hidupnya. Seperti akhirnya dia bisa menulis buku berjudul Aku Ada. Sebuah representasi kepercayaannya atas keberadaan Tuhan dalam hidupnya.
“Banyak yang tidak masuk akal. Tetapi apa yang mustahil dapat dikerjakan-Nya bagi orang yang percaya,” ungkap Afen. Menurutnya, manusia harus seperti sehelai bulu yang berdiri teguh dan tetap lemah lembut.
”Sekalipun kamu bagaikan batu yang lebih kuat, sekalipun dayamu besar, tetapi kesombonganmu tak dapat menundukkan orang yang lemah lembut. Jangan ada di antaramu yang bermegah atas kepunyaanmu,” kata Afen mengurai pelajaran hidupnya.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Chef di Osaka Ramen Restaurant PIK2 Chef Ncuz: San Ren Xing, Bi You Wo Shi
Lewat buku yang diluncurkan pada 5 Desember 2023 di Food Society, Pakuwon Mall Surabaya, Afen mengingatkan bahwa setiap manusia telah dipercayakan sesuatu oleh Tuhan menurut kapasitas hati masing-masing. S
etiap orang juga dinasihatkan untuk mengucap syukur atas setiap kejadian hidupnya. Bila tidak, maka hati akan selalu merasa tak cukup: si kaya ingin lebih kaya lagi, si miskin ingin menjadi kaya.
Afen pun berpesan bahwa setiap orang harus menghargai apa yang menjadi miliknya. Jangan mengingini barang milik sesama baik itu berupa suami/istri/anak/harta benda/kemampuan.