HARIAN DISWAY - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa jumlah korban tewas di wilayah Gaza lebih sedikit dari yang dilaporkan Kementerian Kesehatan Gaza.
Pernyataan itu disampaikan Netanyahu saat ia menghadiri sebuah wawancara yang dilakukan di podcast Call Me Back pada hari Minggu, 12 mei 2024 lalu.
Menurut Netanyahu keterangan mengenai jumlah korban meninggal yang dipaparkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza saat itu tidaklah benar.
BACA JUGA:Dewan Keamanan PBB Selidiki Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza, Israel Bantah Tudingan
Dimana terakhir kali, pihak Kementerian Kesehatan Gaza memaparkan jumlah korban meninggal akibat perang antara Israel dan hamas tercatat mencapai 35.091 korban jiwa.
Melalui siaran podcast tersebut, Netanyahu menuturkan bahwa jumlah korban meninggal di Gaza sebenarnya sekitar 30.000 korban jiwa, yang mana setengah dari korban jiwa tersebut adalah Hamas.
Di sisi lain, pihak berwenang Gaza sebelumnya tidak menyertakan informasi mengenai jumlah militan Palestina yang tewas.
Namun pihak berwenang sempat mengatakan bahwa sebagian besar dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Meski demikian, dalam wawancara tersebut Netanyahu meyakinkan bahwa pihak Israel telah "mampu menjaga rasio warga sipil dengan kombatan yang terbunuh ... (untuk) rasio sekitar satu banding satu".
“Empat belas ribu telah tewas, kombatan, dan mungkin sekitar 16.000 warga sipil telah terbunuh," tutur Netanyahu.
Dilansir dari AFP, hal serupa juga sempat dibeberkan Netanyahu dalam wawancaranya bersama Politico, bersamaan dengan pernyataan Kementerian Kesehatan Gaza mengenai jumlah korban tewas yang jatuh pada angka 31.045 korban jiwa.
BACA JUGA:Temukan Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza, PBB Tuntut Adakan Penyelidikan
Pada waktu itu, Netanyahu menuturkan angka korban tewas terdiri dari 13.000 militan dan “jauh kurang dari” 20.000 adalah warga sipil.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta negara-negara di dunia, telah menyuarakan akan adanya kekhawatiran mengenai jumlah kematian warga sipil dalam perang Israel dan hamas.