Selain soal ketahanan pangan, persoalan krusial lain yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa-bangsa Asia dan Afrika adalah ketahanan energi. Lagi-lagi, ironi terjadi di sini.
Di Asia-Afrika banyak negara yang kaya akan sumber energi dan mereka sangat membutuhkan banyak energi untuk membangun negaranya demi mengejar ketertinggalan dari peradaban dunia.
BACA JUGA: Tuntaskan Pekerjaan, Pencitraan Kemudian
Tapi sayang bangsa Asia dan Afrika -khususnya di negara-negara miskin- sangat banyak penduduknya yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli energi atau tidak mampu mengakses energi yang berasal dari dalam bumi dimana mereka tinggali.
Modal, teknologi, SDM, dan manajemen selalu menjadi kendala dalam rangka untuk mencapai dan menjaga ketahanan energi. Mulai dari energi yang konvensional (berbasis fosil) maupun energi terbarukan yang sekarang dan ke depan harus diutamakan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kehidupan.
Dalam kunjungan beliau berdua ke Indonesia -khususnya ke Surabaya- isu ketahanan pangan dan energi menjadi topik penting dalam rangkaian diskusi.
Hadir rekan-rekan dari Kadin Jawa Timur yang dipimpin Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Prof. Dr. Tommy Kaihatu, Direktur Alit Yuliati Umrah, beserta para aktivis muda saat makan malam di Hotel Elmi Surabaya.
BACA JUGA: Indonesia SDM Hebat: Atasi Obesitas untuk Membangun SDM yang Berkualitas
Ada intelektual muda ahli diplomasi dari FISIP UPN Veteran Surabaya Dr. Ario Bimo Utomo, SIP, MIR serta pengusaha Sidoarjo pemilik IMC Iwan Setiawan yang sangat kreatif mengembangkan kendaraan melalui konsep 3R atau reuse, reduce and recycling.
Saya sengaja mengundang mereka agar Spirit Rise of Asia Africa bisa berlanjut dalam kolaborasi yang visioner tapi konkret dan tidak sekadar jadi ”omon-omon” atau wacana belaka.
Kami semua sepakat bahwa permasalahan global terkait ketahanan pangan dan ketahanan energi epicentrumnya akan berada di Asia dan Afrika. Ledakan jumlah penduduk di kawasan ini sudah pasti akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan pangan dan kebutuhan energi.
BACA JUGA: Darurat Kurikulum Keluarga
Selanjutnya kebutuhan pangan dan kebutuhan energi bisa mengancam kelestarian lingkungan bisa tidak dikendalikan. Sejauh ini untuk melakukan pengendalian diperlukan teknologi yang maju dan modal yang besar.
Misalnya untuk ketahanan pangan: perlu membangun pertanian yang lebih produktif, peternakan yang bagus, penangkapan ikan yang tidak merusak ekosistem laut. Untuk ketahanan energi: perlu alternatif energi yang tidak menghasilkan karbon.
Persoalannya adalah bahwa teknologi pertanian dan teknologi energi ramah lingkungan dan modal atau investasi masih banyak dikuasai oleh negara-negara Barat meskipun Jepang, Korea, Tiongkok sudah memiliki teknologi maju dan Timur Tengah memiliki modal yang besar.
BACA JUGA: Farmasi Forensik: Mengurai Benang Kusut Kejahatan