Pembunuhan Syafrin, 55, oleh anak gadisnya, KS, 17, tanpa saksi mata. Motif pun lemah. KS mengaku ke polisi dia sering dimarahi korban. Tanpa CCTV di TKP. Pisau dapur yang diakui KS sebagai alat bunuh pun sudah dicuci tersangka. Satu-satunya bukti, pengakuan tersangka.
SEDERHANA, tapi sulit dibuktikan kasus ini. Sebab, antara korban dan pelaku berada di dalam rumah, tak ada orang lain, sebelum diketahui bahwa Syafrin tewas dengan dua luka tusuk benda tajam di pinggang dan dada. Itu pasti pembunuhan.
Berdasar penjelasan polisi kepada wartawan, korban Syafrin adalah pemilik toko perabot di ruko di Jalan Masjid Baitul Latif, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Ruko itu dikontrak Syafrin Rp 40 juta per tahun, sudah ditempati dua bulan.
BACA JUGA: Cewek Punk Bunuh Ayah
BACA JUGA: Pembunuhan Antara Benci dan Kepepet
Di kiri kanan ruko tersebut ada deretan ruko lain. Selalu ramai pengunjung. Ruko toko perabot Syafrin dihuni tiga orang: Syafrin, KS, dan adik perempuan usia 15 tahun inisial P.
Satu-satunya saksi penting adalah karyawati toko perabot milik Syafrin berinisial I. Dia pulang meninggalkan tempat kerja itu pada Rabu, 19 Juni 2024. Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan Senin, 24 Juni 2024, mengatakan, saat I meninggalkan ruko, di sana ada tiga orang: Syafrin, KS, dan P.
Jumat malam, 21 Juni 2024, sekitar pukul 20.00 WIB, I datang ke ruko itu. Jadi, hari Kamis, 20 Juni 2024, terlewati. Tidak disebutkan, apakah pada Kamis toko itu tutup atau buka? Dan, saat I tiba di depan ruko, ternyata rolling door tergembok dari luar. Menurut I, hal itu janggal. Lantas, dia mengajak orang lain di sekitar untuk membuka paksa gembok.
BACA JUGA: Pembunuh dan Bohong Patologis
BACA JUGA: CCTV Ungkap Pembunuhan Mahasiswi Universitas Negeri Malang
Kombes Ade: ”Setelah berhasil dibuka, digerinda, menyenggol kaki korban. Nah, akhirnya ditemukan ada seorang laki-laki berusia 55 tahun inisial S (Syafrin) meninggal dunia di atas tempat tidur, luka tusuk di dada. Ia menggunakan kaus kuning.”
Penjelasan ”menyenggol kaki korban” bisa ditafsirkan bahwa korban tidur di tempat tidur dekat pintu.
Di ruko sekaligus rumah tinggal itu tidak ada orang lain, selain mayat Syafrin. Kosong. Maka, polisi mencari dua anak perempuan Syafrin, terutama KS. Ditelepon, tidak diangkat. Sampai esok hari, Sabtu, 22 Juni 2024, dua anak Syafrin tidak muncul. Sampai Syafrin dimakamkan. Itu mencurigakan polisi.
BACA JUGA: Tersangka Pembunuh Berdrama
BACA JUGA: Sebelum Membunuh, Diberi Obat Tenang