"Pertunjukan terbang gunungan, terbang gandu, dan berbagai macam salawat tradisional menjadi daya tarik utama," ungkap Syamsul.
Ia menyebut bahwa salawat tradisional itu merupakan tradisi silam yang digunakan sebagai media dakwah oleh Wali Songo.
BACA JUGA:Wow, Lautan Manusia Bersalawat Bersama Habib Syech di Kota Pasuruan
"Kami juga menampilkan seperti salawat bantengan, jaranan, dan terbang wayang. Menarik melihat salawat diiringi gamelan, kendang, atau perkusi tradisional. Itulah yang menjadi media dakwah leluhur kita pada masa lalu," ujarnya.
Salawat Camp tidak dipungut biaya sama sekali. Peserta yang hadir bervariasi. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Semuanya difasilitasi dengan satu tenda per-kelompok, yang membuat mereka menjadi lebih akrab satu sama lain.
Berbeda dari biasanya yang didominasi oleh kaum muda, festival kali ini bersifat campuran. Lebih dari 100 tenda disediakan untuk peserta.
"Kalau dari tenda yang siapkan ada 120. Jumlah pengunjung belum dihitung masyarakat yang datang dari luar," ujar pengasuh Majelis Ta'lim & Sholawat Hubbun Nabi, Mojokerto, itu.
Sholawat Camp 2024 sukses digelar, hadirkan salawat tradisional hingga modern. Kehangatan Sholawat Camp di Wana Wisata Dam Londo, Trawas. Membangun silaturahmi dan wawasan tentang salawat.-Sholawat Camp 2024-
Untuk menghindari keramaian, acara itu tidak menampilkan banner dan konsepnya bersifat internal.
Beberapa majelis memilih untuk tidak dipublikasikan atau direkam, karena mereka menganggap hadrah mereka sebagai jalan murni untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Bukan dalam ranah industri hiburan.
BACA JUGA:Bus Sholawat Kembali Beroperasi Layani Jamaah
Meski demikian, acara itu terselenggara dengan baik. "Pemerintah dan pengelola wisata senang karena Wana Wisata Dam Londo di Trawas yang semula sepi, kini menjadi ramai dengan adanya pengunjung," ungkapnya.
Acara Sholawat Camp pun berhasil memberikan hiburan dan wawasan bernuansa reliji kepada para pengunjung. (Guruh Dimas Nugraha)