Asep meminumnya. Namun, baru beberapa teguk, ia tersedak. Lalu, Asep muntah-muntah. Tiga pelaku panik. Mereka cepat bersandiwara, menolong Asep dengan memberikan minum air putih. Asep merasa minuman bau sabun, tapi ia mengira gelasnya setelah disabun belum dibilas.
Pembunuhan gagal, tapi aman. Asep tidak curiga. Hagistko kepada Juhariah dan Silvia mengatakan, mending Asep dibunuh langsung. Biar tidak menyakitkan, caranya dicekik. Hagistko siap mencekik. Usul itu disetujui Juhariah dan Silvia.
Kamis, 27 Juni 2024, pukul 03.30 WIB. Asep tidur pulas di rumahnya. Tiga pelaku bersiap mengeksekusi. Uniknya, Juhariah dan Silvia mengenakan helm. ”Alasannya, menurut para tersangka, supaya dikira perampokan,” ujar Twedi.
Alasan itu kedengaran aneh. Asep kan bakal mati. Mengapa para pelaku harus menutupi wajah mereka? Atau, bisa saja mereka ragu. Mengingat, pembunuhan pertama gagal. Tapi, begitulah yang terjadi menurut polisi. Tiga pelaku mendekati Asep yang tidur.
Hagistko langsung mencekik Asep sekuatnya. Dua pelaku lain memegangi kaki dan tangan korban. Asep kaget, menggeliat. Hagistko menambah tekanan cekikan.
Ternyata Asep melawan. Berontak keras. Ia bisa bangkit, duduk. Tiga pelaku panik, mendorong keras agar Asep rebah lagi.
Saat itulah Hagistko menyambar helm Silvia, lalu mengeprukkannya ke kepala Asep. Berulang. Sampai helm pecah. Asep rebah lagi. Hagistko menghajar dengan keprukan lagi. Asep tak bergerak. Terkulai. Ibu dan anak itu menangis melihatnya. Betapa pun, Asep adalah suami dan ayah para pelaku.
Hari itu juga Asep dimakamkan. Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman, adik Asep bernama Yudi, 40, ditelepon, diberi tahu Juhariah bahwa Asep meninggal. Yudi tiba di rumah duka sebelum jenazah diberangkatkan. Ia sempat melihat kondisi jenazah.
Yudi kepada wartawan: ”Kondisi jenazah kakak saya mencurigakan. Kepalanya lebam. Bibirnya robek. Di leher kelihatan ada cekungan melingkar. Tapi, karena itu suasana duka dan saya sangat sedih, saya tidak bertanya soal itu.”
Kecurigaan Yudi lainnya, di rumah duka cuma ada Juhariah dan Silvia. Dua anak Asep lainnya tidak kelihatan. Katanya, anak-anak itu sedang main entah ke mana.
Jenazah Asep dimakamkan di wilayah Bekasi. Seusai pemakaman, Yudi meminta HP Asep ke Juhariah. Diberikan.
Yudi meneliti isi HP itu di rumahnya. Ada beberapa panggilan dan chat WA pada hari-hari sebelum kematian Asep. Namun, yang menarik perhatian Yudi adalah ini:
Kamis, 27 Juni 2024, pukul 06.00 WIB, Asep menerima panggilan masuk dari perusahaan pinjol. Berarti, itu setelah kematian Asep yang dikatakan Juhariah sekitar pukul 03.30 WIB.
Lantas, Yudi meminta buku rekening bank Asep ke Juhariah. Saat itulah Juhariah sadar, Yudi mengetahui sesuatu. Maka, terjadi perdebatan soal permintaan Yudi itu. Makin berdebat, Yudi makin curiga. Akhirnya buku itu diberikan Juhariah.
Yudi: ”Saya cek saldo rekening Asep. Ternyata di hari itu (Kamis, 27 Juni 2024) ada uang masuk dua kali dari perusahaan pinjol. Pertama, Rp 43,5 juta. Kedua, Rp 13 juta. Tapi, di hari itu juga uang ditarik Rp 56,5 juta. Saldo di rekening tersisa Rp 53 ribu.”
Langsung, Yudi melapor ke polisi. Ia jelaskan semua kecurigaannya ke polisi, dilengkapi bukti. Polisi menanggapi positif.