KESEJAHTERAAN bagi masyarakat Indonesia sangat ditentukan oleh makanan. Itu bisa dilihat dari garis kemiskinan sebagai batas kesejahteraan yang didominasi makanan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, garis kemiskinan per Maret 2024 adalah Rp 582.932 per kapita per bulan dengan garis kemiskinan makanan mencapai 74,44 persen (Rp 433.906). Garis kemiskinan non makanan adalah Rp 149.026 atau 25,56 persen.
Ironisnya, di Indonesia, ratusan triliun makanan ternyata justru dibuang sia-sia. Laporan United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk Food Waste Index 2024 mencatat, total sampah makanan negeri kita ini per tahun mencapai 14,73 juta ton atau setara dengan 54,33 kg per penduduk per tahun.
Secara ekonomi, jumlah sampah makanan yang besar itu setara dengan kerugian Rp 330 triliun per tahun (Kompas, 2022). Artinya, nilai sampah makanan yang terbuang itu setara dengan pengeluaran 50 juta orang miskin tanpa penghasilan. Padahal, jumlah penduduk miskin kita hanya sekitar 25,22 juta orang. Itu pun mereka masih memiliki penghasilan meski tidak mencapai garis kemiskinan.
BACA JUGA: Hari Bumi dan Impor Sampah
BACA JUGA: Dropo Box, Solusi Kurangi Sampah Popok di Sungai Wringinanom Ala Ecoton
Dengan jumlah mencapai 14,73 juta ton itu, Indonesia berada di peringkat ke-8 di dunia sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar. Menurut laporan UNEP 2024, Tiongkok merupakan penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Jumlahnya diperkirakan mencapai 108,67 juta ton per tahun.
India menyusul dengan 78,19 juta ton dan diikuti Pakistan, Nigeria, dan Amerika Serikat masing-masing dengan jumlah sampah 30,75 juta ton; 24,79 juta ton; dan 24,72 juta ton. Di sisi lain, Republik Nauru menjadi negara dengan estimasi jumlah sampah makanan rumah tangga paling sedikit, yakni 598 ton per tahun.
Tentu hal tersebut menjadi ironi bagi Indonesia. Sebab, di satu sisi Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 117 negara yang mengalami kelaparan parah. Mengutip World Population Review, Indonesia menempati posisi ke-73 negara termiskin di dunia. Sementara itu, menurut gfmag.com, Indonesia menjadi negara paling miskin nomor 91 di dunia pada 2022.
BACA JUGA: Hebat! Pahlawan Cilik Surabaya Bersihkan Sampah Plastik di Selokan untuk Cegah Banjir
Menurut laporan dalam Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022, sampah makanan merupakan komposisi terbesar sampah, yaitu mencapai 41,5 persen. Sedangkan berdasar sumbernya, sampah makanan didominasi rumah tangga.
Beberapa studi mengategorikan food waste dalam dua kategori, yaitu food loss dan food waste. Food loss adalah pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen dan penyimpanan, serta pemrosesan dan pengemasan. Sementara itu, food waste adalah pangan yang terbuang pada tahap distribusi dan pemasaran serta sisa konsumsi. Sampah makanan Indonesia paling banyak berupa food waste dari tahap konsumsi, yakni bisa mencapai belasan juta ton per tahun.
Dari tahap konsumsi itu, diestimasi sebesar 80 persen food waste berasal dari rumah tangga dan sisanya sebesar 20 persen berasal dari sektor non-rumah tangga. Sebesar 44 persen dari food waste yang ada merupakan sisa makanan yang layak makan. Artinya, sampah makanan yang terbuang itu sebenarnya masih layak konsumsi.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan (16): Sampah itu Berkah
BACA JUGA: Surabaya Punya 245 Titik Rawan Banjir, Pemkot Fokus Bersihkan Sampah dan Sedimentasi Sungai