Indonesia Rangking ke-4 Penderita Hepatitis Terbanyak di Dunia, Kemenkes Ajak Masyarakat Untuk Mengikuti Skrining Hepatitis

Jumat 26-07-2024,20:01 WIB
Reporter : Davina Evelyn Adelia
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY - Kemenkes melaporkan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat penderita hepatitis ke-4 terbanyak di dunia. Untuk itulah, dibutuhkan pemeriksaan (skrining) hepatitis secara menyeluruh di masyarakat. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) dr. Imran Pambudi mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam skrining dan tes hepatitis untuk mengetahui gejalanya.

Dari data P2PM, dalam 10 tahun terakhir prevalensi Hepatitis B di Indonesia telah menampakkan tren penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), pada tahun 2013 sebesar 7,1% masyarakat terinfeksi Hepatitis B. Kemudian penurunan tampak pada tahun 2023, yakni sebesar 2,4% dari semua umur.

“Dengan dukungan semua pihak, upaya penanggulangan hepatitis di Indonesia telah menampakkan hasil yang nyata,” kata dr. Imran pada Jumat, 26 Juli 2024.


Direktur P2PM Kemenkes dr. Imran Pambudi dalam penjelasannya terkait hepatitis pada Temu Media Hari Hepatitis Sedunia-Kementerian Kesehatan-

BACA JUGA:Ngeri, Virus Hepatitis Renggut 3.500 Nyawa Setiap Hari

Berdasarkan data dari WHO, prevalensi Hepatitis C pada tahun 2013 mencapai 1%, yang kemudian pada tahun 2022 menjadi 0,5%.

Namun, Indonesia masih menduduki peringkat ke-4 untuk kejadian dan kematian penyakit liver menurut WHO SEARO (South East Asia Region).

“Hitungan tadi nomor 4 itu adalah termasuk diantaranya yang tidak bergejala tadi, dan itu bisa diperhitungkan dari survei SKI tadi. Sehingga jika ditanya apa yang menyebabkan orang Indonesia menjadi tinggi, terutama saya kira adalah skriningnya itu kita kurang,” ujar dr. Imran.

Direktur P2PM ini juga menambahkan kondisi skrining yang telah dilakukan di Indonesia saat ini. Tercatat masih ibu hamil dan tenaga kesehatan saja yang bisa melakukan tes skrining.

“Skrining yang sekarang kita lakukan itu fokusnya adalah ke ibu hamil, kemudian tenaga kesehatan. Itu aja tadi saya sampaikan nakes aja sudah kita fasilitasi ternyata baru sekitar 50-60% yang mau skrining. Jadi ini lah yang saya kira perilaku masyarakat yang tidak melakukan skrining, kemudian kita harapkan dilakukan medical check up setiap tahun itu harus ditingkatkan,” tambah dr. Imran.

BACA JUGA:Indonesia di Hari Hepatitis Sedunia: Masih Banyak Kasus yang Harus Segera Ditangani

Virus Hepatitis B memiliki spektrum yang luas, bahkan tidak akan diketahui gejalanya jika tidak dilakukan tes skrining. Oleh karena itu, dr. Imran menjelaskan, jika seseorang yang telah merasakan gejala, berarti penyebaran virus Hepatitis B telah mencapai kondisi yang berat.

Mirisnya, jumlah penderita Hepatitis B yang dilaporkan kepada P2PM hanya sekitar 56 ribu dari 6,7 juta orang. Hal ini diungkapkan oleh Direktur P2PM, bahwa penyebabnya adalah skrining Hepatitis B yang tidak terlaksana secara maksimal.

“Dari SKI tadi itu kan ada sekitar 6,7 juta orang yang Hepatitis B. Saat ini dari laporan yang kami terima itu sekitar 56 ribu yang didiagnosis. Sebetulnya masih banyak banget penderita Hepatitis B yang dia itu sakit tapi tidak terdiagnosis karena tidak ter-skrining,” ungkap dr. Imran.

Kategori :