HARIAN DISWAY - Skizofrenia, gangguan mental yang biasanya muncul pada masa dewasa, juga dapat terjadi pada anak-anak. Kondisi itu ditandai dengan gangguan pada pikiran, persepsi, dan emosi.
Meskipun jarang, skizofrenia pada anak perlu mendapat perhatian serius karena dapat mengganggu perkembangan anak secara keseluruhan.
Skizofrenia pada anak merupakan gangguan kompleks yang belum sepenuhnya dipahami. Penyebabnya kemungkinan melibatkan kombinasi dari berbagai faktor. Salah satu faktor risikonya adalah faktor genetika, yang ditandai dengan riwayat keluarga yang serupa.
BACA JUGA:IDAI Beberkan 10 Tantangan yang Dihadapi Anak Indonesia Masa Kini
Selain itu, disfungsi pada sistem neurotransmitter otak, seperti dopamin dan serotonin, juga diduga terlibat. Faktor lingkungan, seperti stres berat, trauma, atau infeksi tertentu, dapat memicu atau memperburuk gejala.
Tak hanya itu, gangguan pada perkembangan otak sejak dini juga menjadi perhatian dalam penelitian skizofrenia pada anak.
Gejala skizofrenia pada anak sangat bervariasi dan seringkali tidak mudah dikenali. Anak-anak dengan kondisi itu mungkin mengalami halusinasi. Seperti mendengar suara-suara atau melihat bayangan yang tidak ada. Mereka juga bisa memiliki delusi, yaitu keyakinan yang tidak realistis.
Skizofrenia Anak Bisa Sangat Mengganggu, Ini Penyebab dan Cara Penanganan Childhood Schizophrenia. Skizofrenia tidak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalaminya. Ada pendekatan-pendekatan untuk mengatasi masalah itu.-senivpetro-freepik.com
BACA JUGA:Jangan Remehkan! Studi Buktikan Pengaruh Sarapan pada Tingkat Kebahagiaan Anak
Selain itu, gangguan pikiran yang membuat sulit berpikir jernih dan perubahan perilaku yang drastis, seperti menarik diri atau menjadi agresif, juga bisa menjadi tanda-tanda skizofrenia. Terkadang, gangguan bicara yang tidak koheren atau melompat-lompat juga dapat muncul.
Tetapi tenang saja. Skizofrenia pada anak dapat ditangani dengan melibatkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, psikolog, dan terapis.
Tujuannya untuk mengelola gejala, meningkatkan kualitas hidup anak, dan membantu anak berfungsi secara optimal di lingkungan sosialnya.
BACA JUGA:Tak hanya Anak, Orang Dewasa bisa Mengidap ADHD, Ini Tanda-Tandanya
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan, sebagai berikut:
1. Obat-obatan
Obat-obatan, khususnya antipsikotik, menjadi pilar utama dalam penanganan skizofrenia pada anak. Obat-obatan itu bekerja dengan cara memodulasi neurotransmitter di otak, zat kimia yang terkandung di dalamnya berperan dalam mengirimkan sinyal antar sel saraf.
Dengan menyeimbangkan kadar neurotransmitter, antipsikotik dapat membantu meredakan gejala psikotik yang menonjol, seperti halusinasi (mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang tidak ada) dan delusi (keyakinan yang salah dan tidak rasional). Selain itu, obat-obatan itu juga dapat membantu mengurangi agitasi, memperbaiki mood, dan meningkatkan fungsi kognitif.
BACA JUGA:Fasilitasi Anak Berkebutuhan Khusus, Pemkot Surabaya Akhirnya Punya 4 Rumah Anak Prestasi
Skizofrenia Anak Bisa Sangat Mengganggu, Ini Penyebab dan Cara Penanganan Childhood Schizophrenia. Kondisi skizofrenia pada anak ditandai dengan gangguan pada pikiran, persepsi, dan emosi.-freepik-freepik.com
2. Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah kemampuan untuk memberikan keterampilan yang dapat digunakan anak-anak sepanjang hidup. Dengan menguasai teknik-teknik CBT, anak-anak akan lebih mampu mengelola gejala skizofrenia secara mandiri dan mengurangi risiko kambuh.
Selain itu, CBT juga dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan dengan membantu anak-anak berpartisipasi lebih aktif dalam kegiatan sehari-hari, membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, dan mencapai tujuan pribadi mereka.
BACA JUGA:Waspada Mycoplasma Penumonia Rentan Menyerang Anak, Mari Kenali Gejalanya
3. Terapi Keluarga
Terapi keluarga berperan krusial dalam penanganan skizofrenia pada anak. Melalui terapi, keluarga tidak hanya memperoleh pemahaman mendalam tentang kondisi yang dialami anak, namun juga dilengkapi dengan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan dukungan yang efektif.
Terapis keluarga dapat membantu keluarga mengenali tanda-tanda awal kekambuhan, mengembangkan strategi komunikasi yang sehat, dan membangun sistem dukungan yang kuat.
BACA JUGA:Para Ibu Bisa Nyontek Cara Nagita Slavina Memilih Komposisi Camilan Sehat untuk Anak
4. Terapi elektrokonvulsi
Metode itu melibatkan pemberian aliran listrik kecil ke otak untuk memicu kejang singkat yang terkontrol. Terapi itu biasanya dipilih jika pengobatan dengan obat-obatan tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Sebelumnya, anak akan diberi anestesi dan elektroda akan dipasang di kepala. Kemudian, arus listrik akan dialirkan melalui elektroda untuk memicu kejang.
BACA JUGA:Ternyata Tantrum pada Anak Itu Normal, Kenali Penyebab dan Cara Mencegahnya
5. Stimulasi magnetik transkranial (TMS)
Terapi itu menggunakan gelombang elektromagnetik yang diarahkan ke otak melalui alat khusus yang diletakkan di kepala.
Prosedur awalnya, dokter akan melekatkan alat khusus yang dapat mengalirkan gelombang ke kepala pengidap tanpa memerlukan pembedahan. (*)
*) peserta magang reguler di Harian Disway, mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.