HARIAN DISWAY - Kematian pemimpin tertinggi Hamas Ismael Haniyeh atas serangan zionis Israel di Teheran, Iran, pada Rabu, 31 Juli 2024, meningkatkan ketegangan konflik di Timur Tengah.
Khususnya antara Israel dengan Iran dan proksinya. Apalagi, komandan senior Hizbullah juga terbunuh lebih dulu oleh zionis Israel di Beirut, Selasa, 30 Juli 2024.
Kini, pejabat tinggi Iran merencanakan pertemuan dengan perwakilan sekutu regional dari Lebanon, Irak, dan Yaman pada Kamis, 8 Agustus 2024. Tentu untuk membahas pembalasan terhadap zionis Israel.
BACA JUGA:Eskalasi Konflik di Timur Tengah Pasca Tewasnya Ismail Haniyeh
BACA JUGA:PM Malaysia Sebut Meta Pengecut Karena Hapus Postingan Tentang Ismail Haniyeh
Menurut sumber Reuters, perwakilan dari Hamas dan Jihad Islam di Palestina, gerakan Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, dan kelompok perlawanan Irak akan menghadiri pertemuan tersebut di Teheran.
"Iran dan anggota perlawanan akan melakukan penilaian menyeluruh untuk menemukan cara terbaik dan paling efektif untuk membalas terhadap rezim Zionis Israel," kata seorang pejabat senior Iran, seperti dikutip Sabtu, 3 Agustus 2024.
Pejabat Iran lainnya mengatakan, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan anggota senior Garda Revolusi Iran juga akan hadir dalam pertemuan tersebut.
BACA JUGA:Pemimpin Tertinggi Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibunuh di Teheran
BACA JUGA:Konflik Memanas: Iran Tanggapi Ancaman Israel Terhadap Hizbullah
"Saat ini sedang dikaji bagaimana Iran dan kubu perlawanan akan merespons... Ini pasti akan terjadi dan rezim Zionis (Israel) niscaya akan menyesalinya," kata Jenderal Mohammad Baqeri kepada TV pemerintah pada Kamis.
Hamas menyatakan bahwa pembunuhan Haniyeh akan membawa pertempuran ke dimensi baru dan memiliki dampak besar.
Sementara Iran menilai Amerika Serikat harus bertanggung jawab karena dukungannya terhadap Israel.
Di sisi lain, Pentagon mengumumkan pengerahan pesawat tempur dan aset militer lainnya ke Timur Tengah untuk meningkatkan perlindungan pasukan AS dan mendukung pertahanan Israel.
Gedung Putih mengatakan, Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membahas penempatan militer defensif AS yang baru.