Mereka yang Berjuang dengan Gagal Ginjal di Usia Muda (1): Michele Gemar Jajan Kemasan dan Mi Instan

Senin 12-08-2024,16:32 WIB
Reporter : Novia Herawati
Editor : Heti Palestina Yunani

Tidak ada yang menyangka. Kegemaran mengonsumsi jajanan kemasan dan mi instan, mendatangkan malapetaka bagi Michele, begitu dia ingin dipanggil. Dia divonis gagal ginjal kronis di usia muda dan harus menjalani cuci darah, entah sampai kapan.

HARIAN DISWAY - Dua tahun sudah berlalu sejak Michele didiagnosa gagal ginjal. Kala itu, usianya baru menginjak 11 tahun dan masih duduk di bangku kelas 6 SD. Michele mengalami sesak napas dan dirujuk ke rumah sakit.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan panjang, dokter menyatakan bahwa gadis kecil asal Kabupaten Madiun itu mengidap gagal ginjal kronis. Kabar itu sontak membuat semua orang terkejut. Terutama ibundanya, Mely Winarsih.

Mely bercerita bahwa sejak masih balita, buah hatinya itu memang sering mengonsumsi mi instan. Saat sekolah dasar (SD), Michele juga gemar jajanan kemasan.

BACA JUGA: Kasus Cuci Darah Anak-Anak yang Bikin Waswas: Orang Tua Cari Alternatif Jaga Kesehatan 

Mau tidak mau, bocah perempuan berumur 13 tahun itu harus mondar mandir rumah sakit untuk menjalani cuci darah. Michele rutin menjalani cuci darah, dua kali dalam seminggu di RSUD dr Soetomo Surabaya.

“Tetapi kalau sesak napasnya kambuh, cuci darah bisa seminggu tiga kali. Setiap sesi cuci darah itu durasinya kalau anak-anak sekitar empat jam," ucap Mely ditemui di Rumah Singgah Surabaya, Sabtu, 10 Agustus 2024.

Waktu awal-awal menjalani cuci darah, Mely bercerita bahwa Michele mengeluh kesakitan. Namun sekarang, gadis kecil itu sudah terbiasa dan tidak mengeluh lagi.

BACA JUGA: Stok Darah Selalu Ada untuk Cuci Darah

“Sekarang setelah cuci darah itu semua (badan) enakan. Kotoran-kotoran dan cairan-cairan itu keluar semua. Meskipun terkadang di tengah-tengah (proses) cuci darah, Michele merasa pusing dan menggigil,” imbuhnyi.

Mely menuturkan bahwa sang anak pernah mencoba Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Salah satu metode cuci darah yang dilakukan melalui rongga perut (peritoneum).

Metode tersebut bisa dilakukan mandiri oleh penyintas gagal ginjal di rumah. Mereka akan dikirimkan kantong cairan oleh pihak rumah sakit secara rutin. Metode ini cukup membantu orang dari luar kota seperti Michele.

BACA JUGA: Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia Belajar Soal Transplantasi Ginjal, Dokter Urologi: Jangan Takut Untuk Operasi

Namun, Michele tidak cocok dengan CAPD. Gadis kecil itu lalu beralih ke metode HD (hemodialisis). HD adalah metode cuci darah menggunakan mesin untuk menggantikan fungsi ginjal. 

Fungsi hemodialisis adalah membersihkan darah, membuang kelebihan cairan, dan membantu pengaturan keseimbangan elektrolit dan asam basa. Umumnya, hemodialisis dilakukan 2-3 seminggu dengan durasi 4-5 jam.


Ilustrasi seorang anak yang sedang membeli jajan di sekitar sekolah.-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway -

Kategori :