Tahapan pelatihan selanjutnya adalah pembuatan konten visualisasi produk berupa teknik pengambilan foto dan video yang nantinya diunggah di media sosial atau e-commerce.
BACA JUGA: Fisipreneur 2024, Kreativitas Berwirausaha Mahasiswa Fisip Untag Surabaya
Citra Paramita sebagai salah seorang konseptor dan penanggung jawab program mengatakan bahwa tahapan-tahapan tersebut adalah cara yang sederhana, tetapi teruji memiliki pengaruh yang besar untuk membentuk daya tarik dan citra yang menarik bagi para konsumen di dunia maya.
”Pengembangan branding digital ini memang didesain secara sederhana agar para petani dapat melakukannya tanpa merasa kesusahan dan merasa terganggu pekerjaan utamanya. Namun, dalam pelatihan tersebut, kami juga melibatkan anak-anak muda di sekitar mereka yang lebih aware terhadap dunia digital yang nantinya menjadi support secara langsung bagi para petani setempat yang merasa kesulitan di kemudian hari,” ujar Citra.
Pada kesempatan yang sama, Very Arinka yang merupakan pemuda sekaligus seorang petani melon setempat merasa senang dan antusias dalam mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan.
”Adanya program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Untag Surabaya ini sangat membantu kami untuk mulai memahami bagaimana teknik-teknik memanfaatkan media online untuk menjual hasil pertanian,” ujarnya.
Selain melakukan program pelatihan, tim pemberdayaan masyarakat dari Untag Surabaya tersebut menyumbangkan satu buat alat mesin pencacah pupuk kompos organik yang diharapkan mampu menunjang kemudahan serta efisiensi biaya produksi pertanian yang ada.
Program pemberdayaan masyarakat itu dilakukan pada Mei hingga November 2024 dengan tim yang terdiri atas dua dosen dan dua mahasiswa dari Program Studi Ilmu Komunikasi Untag Surabaya yang saling berkolaborasi untuk memaksimalkan jalannya kegiatan.
BACA JUGA: Temu Alumni Akbar FISIP Untag Surabaya: Merajut Kembali Kenangan Indah Masa Kampus
BACA JUGA: Rutin Digelar Setiap Ramadan, Untag Surabaya Senangkan Ratusan Anak Yatim Piatu dalam Bukber
Tim tersebut berharap bahwa branding digital akan dapat dilakukan petani dengan penghasil komoditas lainnya.
”Kami juga berharap banyak pihak yang mulai mendorong pemberdayaan masyarakat petani dengan menciptakan kemandirian dalam memproduksi dan mendistribusikan komoditas mereka dengan memanfaatkan kanal-kanal penjualan berbasis digital sehingga meningkatkan kesejahteraan para petani tanpa termonopoli oleh pihak ketiga dan seterusnya,” pungkasnya. (*)