Yeni: ”Tapi, waktu itu saya kerja di Malaysia. Saya tidak di Cirebon. Buktinya ada di paspor saya, tercatat saya berangkat dari sini 16 Juni 2016.”
Suara Yeni seperti ketakutan jika dikaitkan dengan kasus Vina. Keterangan Yeni itu pun mengagetkan Dedi. Ia pun balik konfirmasi ke Ismail, ”Bagaimana ini? Bapak bilang melamar Yeni, tapi Yeni ternyata tidak ada di sini?”
Purnomo: ”Memang waktu itu Yeni di Malaysia. Kami melamar diterima keluarga Yeni. Waktu itu ada ibunya, adiknya, dan saudara-saudaranya yang lain.”
Kelihatan, Dedi sedang mencari alibi keberadaan Ismail dan Purnomo di Cirebon pada saat kasus itu terjadi. Sebab, dua saksi resmi sudah mengakui bahwa mereka bersaksi bohong. Dedi khawatir yang ini mungkin bohong juga sehingga ia terus konfirmasi.
Ketakutan Yeni jika dilibatkan di kasus itu, apalagi divideokan Dedi, wajar. Mungkin Yeni membaca berita, bahwa tokoh sekelas Susno Duadji saja kepada pers mengaku bahwa ia dikuntit polisi saat menjadi saksi di sidang peninjauan kembali Saka Tatal di PN Cirebon.
Susno kepada pers, Jumat, 16 Agustus 2024, mengatakan, ”Untuk level bawah itu yang saya sedih. Kok mereka enggak berubah, ya. Kenapa enggak berubah? Masak, saya dikuntit atas perintah AKBP R, seorang kapolres. Padahal, tujuan saya mengkritik untuk perbaikan Polri. Saya mencintai Polri.”
Namun, Susno tidak mengungkap inisial R itu siapa? Kapolres mana? Susno cuma menyesalkan dirinya dikuntit.
Kasus Vina kini sedang diselidiki tim khusus Polri. Demi mengungkap kejadian yang sebenarnya. Hasil penyelidikan itu cuma ada dua: pembunuhan atau kecelakaan. Keduanya punya risiko yang berat. Sebab itu, proses penyelidikan tersebut cukup memakan waktu. (*)
a