Musisi Sri Hanuraga Gelar Tur Bareng Kuartet Modern Jazz Korea Selatan, Namyuol Cho Quartet

Jumat 13-09-2024,08:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Sebagai seorang komponis dan pianis, karya Aga selalu melampaui batasan genre dan kerap mengeksplorasi budaya Indonesia serta humanisme digital.


Musisi Sri Hanuraga Gelar Tur Bareng Kuartet Modern Jazz Korea Selatan, Namyuol Cho Quartet. Penampilan Sri Hanuraga bersama Namyuol Cho Quartet di Korea Selatan ternyata mengundang ketertarikan dari pianis idolanya, Aaron Goldberg.-Wara Mustika-

BACA JUGA:Jazz Gunung Ijen 2024, Indra Lesmana Janjikan Swing Jazz dengan Sentuhan Nasionalisme

"ICMC 2024 sangat menarik. Karena saya bisa melihat komponis-komponis terkemuka dunia memperlihatkan temuan-temuan terbaru mereka," ujarnya.

Ia menambahkan, "Ternyata, musik sudah berkembang jauh melebihi yang umum diketahui publik. Tetapi sayangnya penemuan-penemuan itu kurang tersosialisasi. Karena tidak ada jembatan yang menghubungkan antara yang eksperimental dengan yang populer."

Selain kolaborasi dengan musisi, Aga juga kerap bekerja sama dengan seniman dari berbagai disiplin lain. Seperti penyair Goenawan Mohamad, performance artist Melati Suryodarmo, pelukis Hanafi, dan koreografer Josh Marcy.

BACA JUGA:Jazz Gunung Ijen 2024, sambut Hari Kemerdekaan dengan Irama Jazz

Ia juga seorang guru musik dan saat ini mengajar di UPH Conservatory of Music. Profesinya sebagai dosen telah dijalani sejak 2015 dan memimpin peminatan Jazz and Pop Performance sejak 2020.

Dalam tur itu, Hanuraga juga menyoroti keberadaan klub-klub jazz di Seoul yang menurutnya sangat layak secara fasilitas dan suasana.

"Setiap klub punya grand piano yang baik, dan yang mengejutkan, penontonnya selalu penuh. Bahkan saat hari biasa. Kebanyakan dari kalangan muda. Mereka tidak segan membayar tiket masuk dan membeli makanan serta minuman," ungkapnya.

BACA JUGA:Jazz Gunung Ijen 2024, sambut Hari Kemerdekaan dengan Irama Jazz

Baginya, program klub-klub jazz di Korea Selatan tersebut juga menarik. Karena sebagian besar menampilkan karya-karya original musisi dengan gaya modern jazz. Bukan sekadar memainkan lagu cover. "Di sana adalah ruang bertumbuh yang belum banyak dimiliki di Indonesia," ungkapnya.

Aga berharap jejaringnya dengan skena jazz Korea Selatan kembali terbuka setelah sempat terhenti akibat pandemi.

"Saya berharap ada saling silang referensi antara musisi jazz Indonesia dan Korea Selatan. Agar jazz tidak selalu mengacu pada musisi Amerika saja. Saya ingin menggali lebih dalam bagaimana musisi Asia bernegosiasi dengan tradisi jazz," pungkasnya. (Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :