Bahlil pasti menjalani itu. Apalagi, ia bukan kader kaleng-kaleng. Tidak hanya sempat menjadi pemimpin di tingkat komisariat alias fakultas saat mahasiswa. Tapi, sampai di tingkat pengurus besar di pusat.
Gabungan atas tempaan hidup, gemblengan berorganisasi saat mahasiswa, dan kepercayaan diri membawa ia sampai ke puncak sekarang. Tidak butuh waktu lama untuk berada di lingkar puncak kekuasaan dan menjadi orang pertama di partai beringin.
Salah satu kelebihan Bahlil, ia selalu tampil dengan ceria. Ditimpali dengan suara kerasnya. Juga, ketawanya yang tampak renyah. Barangkali, itulah yang membuat setiap kehadirannya bisa menghidupkan suasana.
BACA JUGA:Misi Ketum Golkar Bahlil Lahadalia: Hilangkan Faksi-Faksi Bergaya Senioritas
BACA JUGA:Bahlil Ditetapkan Jadi Ketum Golkar, Peluang Jokowi Jabat Ketua Wanbin Terbuka Lebar
Kehadirannya sering membawa suasana dalam berbagai perjamuan. Mulai perjamuan serius sampai yang memang penuh canda. Kecerdasan seperti itu tidak mesti dipunyai kebanyakan orang.
”Kalau presiden sedang tidak enak hati, begitu ada Bahlil, bisa langsung berubah suasana,” kata orang yang tak mungkin saya sebutkan namanya di sini.
Ia juga banyak dalil terhadap apa saja yang disampaikan kepadanya. Banyak akal, kata orang Jawa. Selalu punya jawaban terhadap berbagai persoalan yang ditudingkan kepada dirinya.
Ia bisa cepat mengelak ketika ada yang melihat peluang ke depan untuk karier politiknya yang lebih tinggi. ”Saya ini tahu ukuran bajuku. Tak perlu terlalu jauh. Saya ini abdi dalem,” katanya merendah.
BACA JUGA:Bahlil Hanya Punya Waktu Kerja 60 Hari, DPR Sebut Kinerja Menteri ESDM Baru Tidak Akan Efektif
Ia lincah bersilat lidah. Tapi, juga serius mau mendengarkan ketika menerima nasihat dari orang lain. Apalagi dari para seniornya.
Itulah yang terjadi akhir pekan lalu di rumah dinasnya sebagai menteri ESDM di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta. Hari itu ia memang menjamu para senior dan koleganya yang para mantan aktivis mahasiswa Islam.
Ada Fachry Ali. Penulis kawakan. Generasi tua seperti saya pasti mengenalnya. Karena tulisan-tulisannya yang bernas di majalah Prisma dan Kompas.
Ada juga sejumlah ekonom Indef. Lembaga kajian ekonomi dan keuangan yang eksis sampai sekarang. Yang di dalamnya banyak pakar mantan aktivis seperti almarhum Rizal Ramli dan Faisal Basri.
Dipimpin Fachry Ali, perjamuan hari itu menjadi ajang untuk mengucapkan selamat kepada pencapaian Bahlil. Tapi, juga ajang memberikan nasihat agar ia menggunakan capaiannya itu untuk berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara.