Dari kegiatan tersebut, mereka dapat menghasilkan konten tentang budaya Tengger dan sekaligus menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan. Hasil dari workshop tersebut nantinya akan diunggah melalui website dan media sosial milik desa untuk meningkatkan potensi pariwisata budaya di Desa Ngadiwono.
Pemberdayaan Ethnowellness
Ethnowellness merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan dengan budaya lokal setempat. Berdasarkan potensi yang ada, pemberdayaan masyarakat berbasis ethnowellness menjadi metode strategis untuk melestarikan kekayaan lokal Desa Ngadiwono.
Dr. Lucy menekankan, “pemberdayaan ethnowellness memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tengger secara holistik. Pendekatan ini tidak hanya relevan tetapi juga sangat mendasar dalam konteks pelestarian budaya dan pengembangan kesehatan.”
BACA JUGA:Pengenalan Toleransi Beragama, Warga Suku Tengger Berdialog dengan Mahasiswa PMM Untag Surabaya
BACA JUGA: Dalam Tengger Ethnomedicine Festival, Alit Indonesia Sajikan Nasi Gerit
Dengan memberikan pemahaman dan memberdayakan kekayaan alam yang ada dan melibatkan partisipasi aktif mitra lokal seperti tokoh adat, pendidik lokal, dan pemuda dalam perencanaan materi pengajaran dan pelaksanaan program, program ini dapat terlaksana dengan lebih efektif.
Dengan menggandeng Yayasan Alit (Arek Lintang), salah satu Lembaga Non Governmental Organization (NGO) yang berfokus dan bergerak pada perlindungan atas hak anak serta pengembangan kesetaraan bagi kelompok anak marjinal, pengabdian masyarakat Universitas Airlangga ini dikemas dalam Seminar Pendidikan Ethnowellness memberikan wawasan tentang nilai-nilai Ethnowellness kepada generasi muda. Mereka juga diajarkan keterampilan untuk mengembangkan produk lokal berbasis potensi alam dan tanaman obat.
Imam Yuadi, ketua pelaksana program ini menekankan hal itu. “Upaya ini penting untuk memberikan landasan yang kuat bagi pemuda untuk berperan aktif sebagai agen pelestarian dan pemanfaatan alam wilayah Tengger dengan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Salah satu pemateri dalam Seminar Pendidikan Ethnowellness memberikan wawasan tentang nilai-nilai Ethnowellness kepada generasi muda di Desa Ngadiwono.--
Program ini juga menggandeng Dinas Lingkungan Kabupaten Pasuruan untuk mengembangkan inisiatif ekonomi lokal berkelanjutan di Desa Ngadiwono. Salah satu inisiatif tersebut adalah pengembangan cafe alami dengan tanaman lokal. Tujuannya memperkuat ekonomi desa sekaligus melestarikan budaya Tengger melalui pendekatan yang holistik.
Peran Stakeholder
Dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah dan lembaga terkait menjadi pilar penting dalam mendukung upaya pelestarian kearifan lokal masyarakat Tengger. Selain itu, dukungan finansial, infrastruktur, dan pengembangan kelembagaan juga menjadi kunci utama dalam menjamin keberlangsungan program-program ini.
Kolaborasi antara pemuda, pemerintah, dan masyarakat juga sangat penting dalam menjaga keberlanjutan kearifan budaya lokal di lereng Tengger. Dengan adanya kerja sama yang baik, potensi keberlanjutan kearifan budaya nenek moyang kita dapat terwujud. Lebih jauh lagi, dampak positif dari upaya ini nantinya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat lokal, tetapi juga dapat menarik perhatian dunia luar.
“Tanpa dukungan yang memadai serta kolaborasi yang kuat, upaya pelestarian budaya lokal masyarakat Tengger ini bisa terbengkalai seiring dengan berjalannya waktu”, pungkas Yuniawan.
Oleh karena itu, melalui sinergi yang berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa kearifan lokal masyarakat Tengger tetap lestari dan terjaga untuk generasi mendatang. (*)