Bayi Teknologi AI dan Akseptabilitas di Karya Ilmiah

ILUSTRASI Bayi Teknologi AI dan Akseptabilitas di Karya Ilmiah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
IBARAT manusia, artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan seperti ”bayi teknologi” yang lahir dengan sambutan yang luar biasa pada semua sektor kehidupan. Sambutan tersebut disertai perasaan bahagia dan cemas.
Bahagia karena menjadi harapan untuk sebuah kemudahan, kepraktisan, kecepatan lantaran dapat membantu akal manusia. Kecemasan karena AI dikhawatirkan dapat menggeser peran manusia. Benarkah demikian?
Perdebatan terus berlangsung antara pro dan kontra. Namun, yang penting tetap mengedepankan kebijaksanaan dalam menyikapi lahirnya teknologi modern.
BACA JUGA:Minat Baca di Tengah Revolusi Teknologi
BACA JUGA:Memahami Teknologi Pendidikan secara Kafah
Apakah AI merupakan ”bayi teknologi” yang baru lahir? Sebenarnya AI telah lahir tahun 1950-an. Konferensi Dartmouth tahun 1956 menandai kelahiran AI sebagai disiplin akademis yang dapat dikatakan sebagai titik awal kelahiran AI modern.
Saat itu para ilmuwan, dengan penuh optimisme, menciptakan mesin cerdas yang berusaha meniru cara kerja otak manusia dalam hal tertentu. Namun, realitasnya lebih rumit daripada yang mereka bayangkan saat itu.
Kini, seiring dengan kemajuan pesat dalam bidang teknologi rekayasa atau buatan, kerumitan tersebut dapat diurai hingga titik terang.
BACA JUGA:Jangan Ciptakan Fobia pada Teknologi
BACA JUGA:Implementasi GRC, Gerakan Etis Filterisasi Tsunami Teknologi AI
Dengan demikian, kemunculan AI dalam berbagai bidang atau sektor dapat dirasakan, baik perasaan bahagia maupun cemas, bergantung pada cara menyikapi dan pemanfaatannya.
Dalam bidang akademik, lebih spesifik dalam penulisan karya ilmiah, pemanfaatan teknologi AI perlu diberi rambu-rambu akademik yang jelas dan konkret seperti rambu-rambu lalu lintas, yang ditandai simbol warna merah, kuning, dan hijau. Dengan begitu, pemanfaatan AI dapat diterima secara objektif.
Meski demikian, rambu-rambu pemanfaatan AI tidak bisa digeneralisasi untuk semua sektor kehidupan manusia karena masing-masing memiliki spesifikasi berbeda.
BACA JUGA:Deteksi Tuberkulosis Berbasis Teknologi AI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: