Melestarikan Budaya Tengger melalui Promosi Digital dan Pemberdayaan Ethnowellness

Rabu 30-10-2024,20:00 WIB
Oleh: Imam Yuadi *)

DI BALIK gemerlapnya arus modernisasi yang mengalir deras di tengah-tengah kita, tersembunyi perjuangan yang tak kalah penting. Yaitu pelestarian budaya lokal. Di tengah arus tersebut, Desa Ngadiwono, desa budaya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jawa Timur telah memancarkan aura potensi dan memberikan tantangan. 

Dengan latar belakangnya yang kaya akan warisan budaya dan alam yang memukau, desa ini patut menjadi pusat perhatian dalam upaya pelestarian kekayaan budaya Tengger. 

Itulah yang menjadi dasar desa ini menjadi sasaran program pengabdian masyarakat, program pascasarjana FISIP Universitas Airlangga. Akademisi berupaya mengembangkan kedua aspek tersebut secara holistik. 

Dengan melibatkan dua tim yang berbeda fokus agar dapat lebih efektif menangani tantangan yang ada. Tim dipelopori Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati Dra dan Delta Bayu Murti, S.Sos., M.A terfokus pada pelestarian budaya dengan memanfaatkan teknologi digital, bekerja untuk melestarikan tradisi dan nilai-nilai lokal yang berharga bagi masyarakat. 

Sementara tim lain dipimpin Imam Yuadi SSos, M.MT, Ph.D, pakar ilmu informasi yang bekerja sama dengan Dr Lucy Diah Hendrawati, pakar antropologi kesehatan serta Dr Yuniawan Heru, ahli ekonomi pariwisata. Mereka memusatkan perhatian pada kekayaan alam, mengidentifikasi, menjaga, dan memberdayakan potensi alam berbasis ethnowellness yang menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal masyarakat Tengger.

BACA JUGA:Ceria dan Guyub, Begini Potret Yadnya Karo, Hari Besar Suku Tengger

BACA JUGA:Eksotika Bromo 2024 (2): Suku Tengger tampilkan Bumi Hila Hila 

Promosi Budaya melalui Konten digital

Pelestarian budaya di era modern dengan promosi berbagai platform digital terbilang sangat efektif. Namun kondisi di lapangan, kompetensi dan penguasaan teknologi masyarakat di Desa Ngadiwono masih belum terasah maksimal. Oleh sebab itu, Workshop Inovasi Digital dinilai sebagai langkah terobosan yang signifikan. 

Melalui workshop ini, Universitas Airlangga menggaet pemuda Tengger berlatih dan dipandu tentang penggunaan teknologi dan internet secara efektif. “Peserta diajak untuk memahami bagaimana memanfaatkan media digital seperti sosial media, situs web, dan aplikasi teknologi berbasis artificial intelligence untuk membuat desain grafis, video, tulisan, dan konten digital lainnya,” ungkap Prof Toetik. 


Seminar Pendidikan Ethnowellness memberikan wawasan tentang nilai-nilai Ethnowellness kepada generasi muda di Desa Ngadiwono.--

Ini untuk mengangkat unsur budaya lokal dan mempromosikan budaya Tengger secara luas.

Sebagai implementasi, workshop ini mendorong kolaborasi antar pemuda untuk menciptakan proyek konten digital bersama dalam mendokumentasikan berbagai rangkaian festival budaya masyarakat Tengger. Salah satunya upacara adat Unan-Unan yang diselenggarakan setiap tahun. 

Selain itu, Unair juga mengajak pemuda Desa Ngadiwono untuk melek akan potensi budaya Tengger dari sektor pendapatan ekonomi kreatif melalui keterampilan dan pengelolaan digital melalui internet. 

Kategori :