BACA JUGA: Travel Notes Kirana Kejora dari Bena Seri 1: Mati Kata Menatap Aura Sejarah Besar
Juga dari Semarang, Madiun, Malang, Sidoarjo, Sukabumi, dan Bandung itu pun akhirnya bisa saling kenal. Bisa berjejaring. “Suasananya hangat, riang gembira, haru, lalu bisa jadi bahan perenungan,” kata Kirana.
Dijelaskan Kirana, Elang Nuswantara sebenarnya masih berusia tiga tahun, Tapi telah menjadi sarang kasih para penulis pejuang pencinta Nuswantara. Kesadaran yang menyatukan. Filosifinya adalah merabuk jiwa bersama.
Untuk karya yang tak hanya sekadar. Namun, diharap bisa membahagiakan semua yang terlibat dan sekitarnya. Rajutan idealis dan realistis adalah pijakan buku-buku Elang Nuswantara dengan konsep writerpreneur.
BACA JUGA: Travel Notes Kirana Kejora dari Bena Seri 3: Terbawa ke Masa Silam
Agar buku yang berbau Nuswantara bisa terbaca dengan layak, baik, dan bermanfaat bagi semua generasi. Karena tak hanya sekadar terbit, maka misi pendiri Elang Nuswantara itu diharapkan akan tercapai.
Kanan nomor 2: Elang Padma dengan Parade Puisi Amerta Kidung Padma. --Elang Nuswantara
Yakni untuk nguri-nguri budaya leluhur bisa dengan beragam cara dan wujud. Senada dengan Kirana, Erwita Dianti dari Kementerian Pariwisata, Dewi Yuliyanti dari Kementerian Kebudayaan, dan Rahnianto selaku Kalapas LPKA I Tangerang.
Mereka takjub dengan gerakan literasi Elang Nuswantara. Berbagai hiburan membuat parade agung itu meriah. Ada Teater Bocah Putra Daya Bangsa Bogor bimbingan seniman, budayawan Heri Cokro dengan Dunia Anak-Ibu Bumi Bapa Angkasa.
BACA JUGA: Travel Notes Kirana Kejora dari Bena Seri 2: Menangkap Simbol Ngadhu dan Bhaga
Pejuang Mimpi (Komunitas Difabel Malang), menampilkan fashion show model cilik Faiz dan Sastri. Fahira menyanyikan Rek Ayo Rek dan Manusia Kuat. Elang Lintang, salah seorang 11 anak binaan LPKA I Tangerang yang luat biasa.
Penulis buku Surat Kepada Bintang itu menyanyikan lagu Jangan Menyerah diiringi angklung dan pembacaan puisi. Selain menggeber book trailer 14 buku dan video, melantunlah lagu Jatuh, Bangkit Kembali yang di-cover oleh Elang Gemar.
Elang Padma dengan buku Amerta Kidung Padma yang syahdu berpayung lukisan lotus merah muda, baju jingga, seolah membawa ke dunia padma perlambang kasih. Elang Merah merajut esensi buku Rasa Senandika secara teatrikal penuh harmoni.
Lagu Anggun C. Sasmi, yang di-cover Duo Elang, menjadi penutup manis. Acara yang diagendakan setiap tahun ini, selain didukung para pencinta dan penggiat literasi, juga didukung oleh banyak pihak.
Fahira dari Komunitas Pejuang Mimpi Malang menyanyikan lagu Rek Ayo Rek dan Manusia Kuat. --Elang Nuswantara
Dalam kesempatan itu Kirana menyatakan bahwa menulis adalah bukti keberadaan diri. Bahwa Elang nuwantara memilih berkarya di gua senyap literasi, tetapi tetap berpikir. “Hasil pertapaan bisa kami rayakan bersama khalayak," katanya.
Utamanya pembaca tercinta yang menjadi ujung tombak pemasaran buku-buku Elang Nuswantara. Semoga karya kami membuat bahagia. Sembari terus berusaha, berharap regenerasi penulis sejati jalan. Hal yang tak bisa dihentikan,” tegasnya. (*)