Khasanah Ramadan 2025 (2): Titian Kerinduan

Minggu 02-03-2025,05:00 WIB
Reporter : Suparto Wijoyo *)
Editor : Guruh Dimas Nugraha

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (3): Menebar Takjil Jalanan

Ada yang berlari, tetapi banyak yang duduk menyimak temannya. Ini akan menjadi ingatan masa kecil di masa tua nanti meski tinggal di perantauan. Modal pembelajaran dari Ramadan ini sebagai penanda yang apik.

Anak-anak itu berada dalam kendali pendidikan yang nyaman. Pendidikan sosial dan kekeluargaan sesama tetangga. Ini modal penting membangun ketahanan bangsa serta kekuatan bernegara.

Generasi yang tumbuh kembang dalam selungkup makna spiritual adalah modal yang tidak ternilai bagi keunggulan SDM ke depan. Saya optimistis bahwa Ramadan lebih dari sekadar ritual, melainkan wahana penggemblengan mental maupun bekal intelektual serta sosial yang sempurna.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (4): Memondokkan Diri

Jiwa umat menjadi terobati dengan hadirnya Ramadan. Hiruk pikuk politik dan ramainya “pekik korupsi” di korporasi negara, ternyata tetap tidak menyurutkan anak-anak itu memenuhi tempat ibadah dan membaca kitab sucinya. Sebuah fenomena Ramadan yang mengobati ruhani kemasyarakat yang hebat.

Dalam konteks inilah saya mengagumi kiprah Kanjeng Sunan Bonang (1465-1525) yang telah bersenandung tentang obat hati, Tombo Ati, yang biasa kami kumandangkan sebagai pujian menjelang salat berjamaah, waktu kecil di desa:

Tombo ati iku limo sakwarnane

Kaping pisan moco Quran sak maknane

Kaping pindo sholat wengi lakonono

Kaping telu wong kang sholeh kumpulono

Kaping papat kudu weteng ingkang luwe

Kaping limo zikir wengi ingkang suwe

Salah sawijine sopo biso ngelakoni

Insya Allah, Gusti Allah ngijabahi

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (5): Masjid sebagai Lumbung

Kategori :