Khasanah Ramadan 2025 (4): Saatnya Berbagi

Selasa 04-03-2025,04:17 WIB
Reporter : Suparto Wijoyo *)
Editor : Guruh Dimas Nugraha

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (6): Parsel, Hadiah atau Sedekah?

Bagi kami mahasiswa rantau sangat bermanfaat. Penghematan anggaran justru terjadi besar-besaran di saat Ramadan pada tingkat konsumsi makanan. Hidangan saur dan takjil cukup didapat dari gerakan salat Tarawih ke masjid-masjid terdekat sampai yang terjauh.

Senyampang Ramadan, kami menyebar kebanyak tempat ibadah sebelum Maghrib tiba. Ini adalah pertaruhan spiritual sekaligus cara untuk bertahan yang lebih baik. Tabungan dapat dilakukan refokusing untuk beli buku atau langgaran koran saat itu.

Kami bahagia bersama teman-teman. Kami menemukan kebaikan orang-orang yang sedang berdarma Ramadan. Hal itu bagi saya para dermawan sedang memintal kebahagiannya.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (7): Di Balik Kelambu

Ingat konsepsi kebahagiaan sedemikian ini, saya langsung menoleh ke perpustakaan di ruang kerja. Di sana, saya menemukan buku Tahsil As-Sa’adah karya Al-Farabi (872-951) yang diterjemahkan menjadi Terapi Bahagia: Cara Mencapai Kebahagiaan Lewat Eksistensi Keilmuan dan Sains ala Al-Farabi (2023).

Kata sang imam: kebahagiaan sejati adalah hidup dalam keselarasan dengan kodrat dan tujuan manusia yang lebih tinggi, dengan mengabdikan diri pada kebaikan dan keadilan. Berbagi harta adalah kebaikan yang sangat adil.

Ternyata Ramadan 2025 ini semakin dahsyat. Umat semakin mapan imannya dengan manifestasi tidak eman berbagi harta dengan menyediakan iftar di banyak masjid. Pembaca dapat pergi ke masjid mana pun di kota ini, tentu tersedia konsumsi iftar.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (8): Ngabuburit dan Pendidikan Anak

Kalau hanya soal takjil, tidak akan kekurangan. Ini menandakan bahwa Ramadan memang bulan penuh rezeki. Setiap perkampungan banyak orang-orang beriman yang tidak segan-segan mengeluarkan dananya untuk berdonasi makanan bagi siapa saja yang membutuhkan.

Ini amat mengena untuk saudara-saudara kita yang kekurangan. Asal mau ke masjid bersama anggota keluarga ataupun sendiri-sendiri, tidak akan tidak medapatkan takjil. Membatalkan puasa dengan makanan nasi bungkus terhelat di banyak tempat ibadah. 

Semua fenomena yang menyembul ke permukaan ini adalah lambang kebahagiaan warga pada Ramadan. Hal ini sekaligus sebagai penanda bahwa iman itu memanggil orang untuk berbagi.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (9): Pos Keamanan Ramadan

Ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dibaca setiap saat, khususnya habis salat Tarawih, pasti disimak banyak orang. Pada saatnya pasti menemukan perintah agar umat manusia itu saling berbagi. Ajarannya termaktub dalam Surat Al Hadid ayat 7.

Terdapat seruan yang sangat memukau: Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari apa yang Dia (titipkan kepadamu dan) telah menjadikanmu berwenang dalam (penggunaan)-nya.

Lalu, orang-orang yang beriman di antaramu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang sangat besar. Bagi Muslim hari-hari ini, torehan Kitab Suci Al-Qur'an tersebut menemukan waktunya karena Ramadan diyakini melipatgandakan pahala.

Kategori :