Ramadan Kareem 2025 (9): Menghindari Talbis Iblis

Minggu 09-03-2025,05:00 WIB
Reporter : Suparto Wijoyo *)
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Ramadan ini diwarnai peristiwa ekologis yang menggemparkan. Banjir Bekasi dengan iringan jerit tangis dan lelehan air mata tumpah menyerta. Banjir bandang yang “menyapa” Bekasi memasuki areal mal maupun perumahan, apalagi kawasan tinggal atau sawah ladang.

Kota diterjang gelombang derasnya air yang mencari jalan hidupnya. Pun Jakarta dan beberapa titik di Jawa Timur. Semuanya menyisakan derita yang bergelayut di badan. Meski tidak sanak saudara tetapi kalau meninggal pun melu kelangan. Demikianlah diajarkan oleh pitutur luhur.

Apalagi korban adalah saudara sebangsa. Sungguh ribuan orang cemas penuh waspada seolah menjalin solidaritas atas banjir Bekasi yang sedang “bercengkerama” di Pulau Jawa bagian barat.

BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (10): Ramadan dan Daun Sang Mahacinta

Bencana kembali menghias di kala musim hujan. Namun, yakinlah sebagian organ negara akan mengucap “inilah kesempatannya” untuk menunjukkan kinerja, apalagi anggaran akan terserap penuh “hikmah”.

Para penguasa pandai mengambil kesempatan “memotret diri” mengirim warta tentang kepeduliannya pada derita sesama. Media mengunggah “dialah pemimpin” yang manunggal dengan warganya.

Banjir itupun dicengkeramakan sebagai akibat dari tingginya curah hujan, meski sejatinya karena alih fungsi lahan yang tidak terkontrol. Mereka sibuk membangun dengan mengatasnamakan lingkungan.

BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (8): Sepekan Keindahan

Padahal sedang membuat petaka dengan menerabas batas tolerenasi kawasan lindung yang dijadikan kawasan perumahan, apalagi industri. Ada lagi. Dalam putaran roda besar kehidupan, dipastikan ada sosok yang selalu cerdik berpose dengan senyum atau wajah yang lagi geram, yang terus mengembang yang bersinggungan dengan masalah korupsi.

Tampilan mereka yang hendak berangkat diperiksa KPK ataupun kejaksaan melengkapi “senyum yang terumbar” dari wajah-wajah “yang tidak terima dijadikan tersangka”. Termasuk di BUMN. Tokoh politik dan para pebisnis “tersandung kerikil-kerikil birokrasi” yang acapkali lihai, karena sudah “tuwuk asam garam” penataan anggaran.

Kerikil dapat saja dilempar dengan “jejaring serakah” para pemain yang cenderung “gerilya”. Simaklah apa yang tengah dibeber di panggung nasional. Mata publik menatap sempurna ke arah BUMN dan mengunggah hasilnya ke pelataran medsos dengan ejekan.

BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (7): Revolusi Ramadan

Hari-hari ini sejatinya perjalanan negara sedang ditoreh kekelaman yang tidak pernah terimajinasi sebelumnya: saya khawatir “takhta energi” ini roboh. Pemanggul mahkota dibidik berlaku kriminal korupsi kasus minyak oplosan oleh kejaksaan.

Khalayak menelisik ingatannya dengan sorot nanar yang gelisah tentang “muhibah” BBM produk Pertamina. Pengurus korporasi selaku pemegang mandat kedaulatan energi untuk membangun ornamen konstitusional tengah diruntuhkan sendiri oleh penghuninya.

Peristiwa yang melabirinkan institusi korporasi negara ke titik paling nadir dengan inti cerita menyangkut takhta dan harta. Kisah yang terekam adalah petinggi BBM ini mampu menguras energi rakyat dengan sangat telenovelis.

Kategori :