Rupiah Diprediksi Akan Kembali Menguat

Senin 16-12-2024,13:40 WIB
Reporter : Michael Fredy Jacob
Editor : Noor Arief Prasetyo

NILAI tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih terus melemah. Penutupan pasar, Jumat, 13 Desember 2024, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.032/USD. Angka itu drip 0,73 persen dalam satu minggu terakhir. 

Walaupun, dalam enam bulan terakhir nilai tukar rupiah menguat 2,87 persen dari level Rp 16.479/USD. Dalam periode tersebut, nilai tukar rupiah paling positif terjadi pada 27 September 2024. Berada di level Rp 15.101/USD.

Beberapa pengamat menyebut, penguatan nilai tukar rupiah saat itu salah satunya dipengaruhi oleh kondisi inflasi yang terjadi di AS. Saat itu, diprediksi inflasi akan berada di posisi 2,3 persen. Walau realisasinya berada di angka 2,4 persen.

Kondisi tersebut mendekati target inflasi yang ditetapkan oleh Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) sebesar dua persen. Harapannya saat itu, ketika penurunan inflasi itu terus berlanjut, potensi kebijakan moneter dari The Fed lebih longgar.

BACA JUGA:Nilai Rupiah Hampir Tembus Rp 16.300 per Dolar AS, Jokowi Hanya Bilang Begini

BACA JUGA:Nilai Rupiah Melemah, Pemerintah Naikkan BI Rate hingga 25 bps, Airlangga Paparkan Alasannya

Sehingga, dapat memperkuat arus modal ke pasar negara berkembang. Termasuk Indonesia, yang mendukung penguatan rupiah. Sayangnya, tren positif itu tidak sesuai harapan. Inflasi terus naik hingga November kemarin di angka 2,7 persen.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga Gigih Prihantono berpendapat, banyak faktor yang membuat nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. Seperti, penguatan Dolar AS.

Kondisi itu dipicu oleh kebijakan moneter yang diambil The Fed. Terutama kenaikan suku bunga yang agresif dalam upaya mengendalikan inflasi di negara tersebut. Hanya saja, The Fed berencana memotong suku bunga acuan sebesar 0,25 persen.


Uang Rupiah pecahan 100.000 dan 50.000 yang diterima usai transaksi.-Boy Slamet-

Rencana itu akan dilakukan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir di masa jabatan Presiden Joe Biden, Rabu, 18 Desember 2024. “Kondisi itu pun akan berdampak terhadap kinerja tukar rupiah terhadap USD,” katanya, Minggu, 15 Desember 2024.

Di sisi domestik, defisit transaksi berjalan Indonesia juga menjadi faktor penyebab pelemahan Rupiah. Transaksi berjalan mencakup perdagangan barang dan jasa, serta aliran pendapatan dari dan ke luar negeri.

Ketika defisit transaksi berjalan meningkat, maka hal itu menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada yang diekspor. Serta membayar lebih banyak pendapatan keluar dibandingkan yang diterima.

BACA JUGA:Mata Uang Malaysia dan Filipina Turun, Rupiah Menguat Rp 15.651 Terhadap Dolar AS di 11 November 2024

BACA JUGA:Mengendus Sinyal Positif Penguatan Rupiah dari The Fed

Kategori :