Pengakuan, Identitas, dan Aktualisasi Diri: Dinamika Sosial dalam Masyarakat Modern

Rabu 18-12-2024,10:22 WIB
Oleh: Ani Purwati*

Dengan begitu, media sosial menjadi alat yang sangat kuat dalam memperbaharui dan menjaga identitas kita, seiring dengan perkembangan interaksi sosial yang terjadi.

Ditinjau dari konsep identitas diri menurut Giddens, media sosial memberikan ruang bagi individu untuk menceritakan kisah hidupnya, baik melalui postingan, gambar, maupun video. 

Setiap unggahan dan interaksi di platform seperti Instagram, Twitter, atau TikTok menjadi bagian dari narasi identitas individu penggunanya. 

Pengguna media sosial tidak hanya berbagi momen pribadi, tetapi juga berusaha mengkonstruksi cerita tentang siapa diri, apa yang dilakukan, dan bagaimana individu ingin dilihat oleh orang lain. 

Melalui media sosial, individu dapat merefleksikan perjalanan hidupnya, membagikan pencapaian, pengalaman, serta nilai-nilai yang dipegang. 

Namun, seperti yang dijelaskan Giddens, identitas diri bukanlah sesuatu yang tetap. Di media sosial, identitas ini bisa berubah seiring waktu, bergantung pada pengalaman dan umpan balik yang diterima dari orang lain. 

Interaksi di dunia maya memberikan kesempatan bagi individu untuk mengeksplorasi berbagai aspek dari dirinya, sekaligus selanjutnya merespons cara orang lain memandang mereka, yang kemudian menyesuaikan identitasnya dengan respons yang diterimanya di media sosial. 

Dengan demikian, media sosial menjadi alat yang memungkinkan pembentukan dan pembaruan identitas secara dinamis, seiring dengan perjalanan hidup individu yang terus berkembang.

IDENTITAS DAN AKTUALISASI DIRI

Di dunia yang makin terhubung ini, identitas kita tidak hanya dibentuk oleh interaksi sosial di dunia nyata, tetapi juga oleh media, khususnya media sosial. 

Giddens menyoroti bagaimana media, baik tradisional maupun digital, berperan penting dalam pembentukan identitas diri. 

Di media sosial, kita sebagai pengguna memiliki kebebasan untuk membangun narasi tentang siapa diri kita dan bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain. 

Identitas yang dibentuk di media sosial menjadi makin kompleks karena dipengaruhi banyak faktor. Di antaranya, persepsi publik, interaksi sosial, dan bahkan algoritma yang ada di balik platform itu sendiri. 

Namun, di balik kebebasan itu, ada juga tekanan sosial untuk memenuhi norma-norma tertentu yang ada di dunia maya, seperti mengikuti tren atau memenuhi ekspektasi dari audiens. 

Tekanan itu sering kali datang dalam bentuk harapan sosial yang dibentuk oleh norma-norma yang berkembang di dunia maya. 

Maka itu, meskipun media sosial menawarkan kebebasan untuk mengekspresikan diri, proses aktualisasi diri kita juga menjadi lebih kompleks. Sebab, kita harus menyeimbangkan antara menjadi diri sendiri dan memenuhi harapan publik yang ada di sekitar kita. 

Kategori :