Ketika Kecerdasan Buatan Menjadi Jalan Pintas Belajar: NTU Beri Nilai Nol untuk Pencontek AI

KUDA TROYA yang menjadi simbol kritik mahasiswa Universitas Tel Aviv pada kehadiran mesin-mesin pintar. Patung berbahan papan sirkuit dan perangkat keras komputer itu melambangkan kuda troya. Seperti hadiah kemenangan namun bisa menghancurkan jika manusia-JACK GUEZ-AFP-
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memang menggiurkan. Ia bisa menjadi seperti teman belajar yang sangat pintar. Tidak pula berkeberatan kalau jawaban-jawabannya ’’dicontek.’’ Karena itu, sejumlah kampus menerapkan aturan tegas soal penggunaan AI.
“APA gunanya mengeluarkan uang sebanyak itu cuma untuk menggunakan AI? Kenapa repot-repot kuliah kalau begitu?” ucap Aviel Lim, mahasiswa Singapore Management University (SMU).
Ya, kegelisahan soal AI memang sudah lama mengemuka. Kalimat Lim pun sudah dikutip oleh The Straits Times pada 1 Mei 2024. Kalimat itu juga menjadi contoh sisi kontra penggunaan AI di lingkup pendidikan.
Lim sendiri setuju bahwa AI membantu meringankan beban tugas. Namun, AI tidak selayaknya digunakan di semua jenis kelas dan tugas. Baginya, pengetahuan dan keterampilan hanya bisa diperoleh melalui proses belajar langsung.
BACA JUGA:Menyongsong Agentic AI: Peluang dan Tanggung Jawab di Era Baru Kecerdasan Buatan
BACA JUGA:Bahasa Ibu di Era Kecerdasan Buatan
Yajat Gujati, mahasiswa Nanyang Technological University (NTU), juga beropini serupa. Dalam wawancaranya dengan The Straits Times, ia mengatakan bahwa AI itu sebuah jalan keluar yang menggoda buat mereka yang tak begitu suka belajar.
Kekhawatiran Lim dan Gujati terbukti valid ketika tiga mahasiswa NTU diputuskan mendapat nilai nol pada awal April 2025. Mereka mengumpulkan tugas mata kuliah tentang kesehatan, wabah penyakit, dan politik, yang menyumbang 45 persen nilai akhir. Ternyata, isinya adalah referensi serta statistik fiktif.
Salah seorang mahasiswi menyertakan 14 kutipan “gaib” dalam esainya. Mendapat putusan nilai nol, dia kemudian mengajukan banding karena menolak tuduhan penggunaan AI. Mahasiswi itu mengaku cuma menggunakan alat bantu pengolah referensi.
Unggahannya di Reddit pada 19 Juni 2025 menjadi viral. Tetapi keputusan NTU tak bisa diganggu gugat.
MAHASISWI NANYANG Technological University menggunakan komputer untuk menganalisis hasil penelitiannya di laboratorium. Kampus tersebut melarang penggunaan AI generatif untuk mengerjakan tugas kuliah.-ROSLAN RAHMAN-AFP-
Sebetulnya, sejak awal, NTU telah melarang keras penggunaan AI dalam sejumlah tugas tertulis. Termasuk mata kuliah krusial itu. Aturannya jelas. Jika terbukti memanfaatkan AI generatif, nilai nol. Tanpa kompromi.
“Panel (akademik) menetapkan bahwa mengutip sumber yang tidak ada merupakan bentuk pelanggaran akademik yang serius. Sebab, pengutipan sumber yang akurat merupakan landasan dari penelitian dan penulisan akademik,” jelas NTU seperti dikutip The Straits Times, 21 Juli 2025.
Banding juga sempat diajukan oleh mahasiswa lain. Namun langsung ditolak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: