BACA JUGA:Wisuda Unitomo: Soedomo Berbagi Kisah Sukses Kapal Api, Kuncinya Banyak Teman dan Jujur
Saya menulis tesis tentang Pola Relasi Kepala dan Wakil Kepala Daerah di Era Desentralisasi. Tentang sesuatu yang saya geluti saat itu.
Saya pun diwisuda sebagai sarjana S-2 di auditorium Kampus C Unair. Saya lupa, apakah saat wisuda didampingi istri atau tidak. Yang pasti, saya menjadi sarjana S-2 di usia sebelum 50 tahun. Usia yang masih layak menjadi mahasiswa.
Saya pikir, itulah masa terakhir saya menjadi mahasiswa. Ternyata, hampir 15 tahun kemudian, saya ”terpaksa” menjadi mahasiswa lagi. Kali ini di Universitas Brawijaya (UB), Malang.
BACA JUGA:Wisuda Unitomo: Soedomo Berbagi Kisah Sukses Kapal Api, Kuncinya Banyak Teman dan Jujur
BACA JUGA:Prabowo Terharu Dengar Pidato Kelulusan Wisudawati Unhan Atambua: Jual Gorengan Hingga Jaga Toko
Itulah perguruan tinggi negeri pertama yang menjadi incaran saya setelah lulus madrasah aliyah (SMA). Sayang, saat itu saya gagal lolos ujian masuk.
Menjadi mahasiswa doktoral itu juga karena ”gabut” dan permintaan Dr Faishal Aminudin, wakil dekan Bidang Akademik FISIP UB. Ia menawari saya untuk menempuh S-3 di tempatnya untuk menarik mashasiswa lainnya. Jadi, semacam marketing ambassador.
Namun, setelah mengikuti kuliah, saya punya pikiran lain. Saya ingin mendedikasikannya untuk menulis tentang transformasi di tempat saya bekerja. Istilahnya, ingin mendokumentasikan secara akademik sebuah aksi korporasi.
BACA JUGA:Diwisuda ketika Pasar Kerja Penuh Tantangan
BACA JUGA:Wisudawan Itu Pembelajar, Rendah Hati, dan Tidak Bohong
Kebetulan saat itu saya menjadi komisaris independen dari anak perusahaan PTPN Group yang sedang melakukan restrukturisasi dan konsolidasi secara radikal.
Karena itu, sejak kuliah metodologi di semester pertama, tema tersebut selalu saya jadikan bahan pertanyaan dan diskusi di kelas. Demikian juga, saya menjadikan kasus itu sebagai objek saat harus menggarap tugas menulis proposal penelitian. Meneliti aksi korporasi di BUMN gula dengan pendekatan sosiologi ekonomi.
Yang pasti, itulah cara ampuh untuk bisa studi program doktoral secara cepat. Hanya perlu 2,5 tahun lebih sedikit untuk menyelesaikan disertasi. Dengan demikian, saat wisuda Sabtu lalu, terhitung tepat 3 tahun bisa menyelesaikan studi doktoral.
BACA JUGA:WISUDAWAN ADALAH MATAHARI
BACA JUGA:Pengangguran Terdidik; Ancaman Para Wisudawan di Tengah Badai PHK