Ketua Banggar RI Said Abdullah Beber 6 Tantangan dan Peluang Ekonomi di Tahun Ular Kayu 2025

Kamis 02-01-2025,13:34 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Mohamad Nur Khotib

Menurut data BPS, kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB pada 2014 sebesar 21,28%. Lalu menyusut 18,67% atau Rp3.900 triliun dari total PDB atas harga berlaku mencapai Rp20.892 triliun pada 2023. 

“Banyak pihak menilai kita mengalami deindustrialisasi. Meskipun angka statistik menunjukkan penurunan, namun peluang industri manufaktur kita bangkit sangat besar sekali,” terang Said. 

Sebab, jika industri manufaktur tumbuh, Said yakin kelas menengah juga akan tumbuh sejalan dengan program industrialisasi.

BACA JUGA:Output Industri Tiongkok Naik Jadi Tanda Positif untuk Ekonomi

Dengan demikian, kelas menengah bisa menjadi tenaga kerja yang adaptif untuk menopang kebutuhan industri.

Menjawab tantangan di atas, peluang yang bisa ditempuh oleh pemerintah hanya dengan perluasan program hilirisasi, yang saat ini masih di sektor nikel. 

“Perluasan hilirisasi bisa merambah ke bahan tambang selain nikel, perkebunan, pertanian, dan kehutanan, terutama yang menjadi kebutuhan rantai pasok global,” katanya.

Angka ICOR Tertahan

Said mengatakan, selama sepuluh tahun pemerintahan Presiden ke-7 RI Jokowi telah membangun infrastruktur di seluruh pelosok negeri.

Bahkan, DPR mendukung disahkannya Undang Undang Cipta Kerja untuk menyelesaikan hambatan ekonomi. 

Seharusnya, imbuh Said, dukungan infrastruktur dan UU Ciptaker menopang turunnya angka Incremental Output Ratio (ICOR).  

BACA JUGA:Senja Kala Kelas Menengah, Alarm Kontraksi Ekonomi Global

Namun, yang terjadi sebaliknya. Dua tahun berturut turut, ICOR Indonesia tertahan di angka 6, dan tertinggi dibandingkan negara peers. 

“Jika kita periksa atas tingginya ICOR, dan dikaitkan dengan laporan The Economist menunjukkan masih tingginya praktik korupsi, dan problem struktural seperti ketidakefisienan birokrasi dan perizinan,” bebernya.

BACA JUGA:Jumlah Kelas Menengah Anjlok, Indonesia Krisis Pekerjaan Layak

Dengan demikian, lanjut Said, Indonesia memiliki peluang menurunkan ICOR jika berhasil membereskan hambatan ekonomi. Seperti korupsi, dan memberikan pesan yang jelas kepada investor dan pelaku pasar tentang arah kebijakan perekonomian lima tahun kedepan. 

“Dengan ICOR yang rendah maka produk ekspor Indonesia bisa berdaya saing di pasar global serta menurunnya tingkat korupsi juga menguatkan kepercayaan kepada pemerintah,” tandas Said. (*)

Kategori :