ADA serangkaian berita bencana yang mewarnai 2024. Tulisan ini tidak membahas peristiwa bencana yang terjadi, tapi tentang berita bencana yang tampil di berbagai media.
Menurut hemat penulis, berita bencana di berbagai media (media cetak, media elektronik, maupuan media online) tergolong ke dalam berita lingkungan.
Dengan kata lain, berita bencana sama dengan berita lingkungan. Mereka bisa berupa kebakaran, polusi, banjir, erupsi gunung meletus, longsor, puting beliung, kecelakaan, dan lainnya.
BACA JUGA:AI dan Gen Z: Bencana atau Oasis?
BACA JUGA:Difabel Tanggap Bencana: Langkah Menuju Masyarakat Tangguh dan Inklusif
Dalam keterangan pada Selasa, 31 Desember 2024, yang dilansir okezone.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, tercatat 2.093 kejadian bencana alam melanda Indonesia sepanjang periode 2024.
Bencana hidrometeorologi mendominasi sebesar 98,85 persen dan bencana geologi menyumbang 1,15 persen dengan urutan bencana banjir, cuaca ekstrem, karhutla, tanah longsor, dan kekeringan.
Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi dengan total 1.077 kejadian. Disusul cuaca ekstrem (452 kejadian), kebakaran hutan dan lahan (karhutla) (337 kejadian), tanah longsor (135 kajadian), dan kekeringan sebanyak (54 kali). Selain itu, tercatat 19 gempa bumi, 5 erupsi gunung berapi, dan 14 kejadian gelombang pasang serta abrasi.
BACA JUGA:Kurangi Potensi Bencana Alam di Jawa Timur, Penyemaian Awan Masih Dilakukan Sampai Januari
BACA JUGA:Antisipsai Bencana Hidrometeorologis, BPBD Jatim Siagakan Posko di Sejumlah Titik Wisata.
Secara khusus, situasi bencana di Jawa Timur pada 2024 menunjukkan angka yang mencolok, yakni 297 kejadian bencana. Itu menjadikannya provinsi dengan jumlah bencana tertinggi di Indonesia.
Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada Jawa Barat yang mencatat 254 kejadian dan Jawa Tengah dengan 211 kejadian.
Hal itu menandakan bahwa Jawa Timur menghadapi tantangan besar dalam hal penanganan dan mitigasi bencana. Oleh karena itu, wartawan di Jawa Timur memiliki tanggung jawab yang signifikan untuk meningkatkan kualitas pemberitaan bencana.
BACA JUGA:Andri: Bencana Tidak Ada Tidak Pasti, Hanya Kasih Karunia Tuhan yang Pasti Terjadi