Cheng Yu Pilihan: Panji Sakti Komposer, Musisi, dan Penyanyi: Jie Jiao Jie Zao

Rabu 15-01-2025,04:00 WIB
Reporter : Novi Basuki & Annie Wong
Editor : Heti Palestina Yunani

BETAPA masygulnya Panji Sakti ketika melihat orang yang sombong. Sebab, yang berperangai demikian itu, menurutnya, adalah orang yang paling susah hati. “Mengingat itu dosa paling purba dan bahkan bisa muncul di surga. Seperti saat Azazil nggak mau sujud ke Adam. Wallahualam. Semoga kita tak sampai demikian,” kata musisi dari Bandung yang ternama dengan lagu Kepada Noor itu.

Sejujurnya, simpulan itu bukan lahir dari pemikiran orisinal Panji. Pria berkacamata itu hanya mengingat pesan mbah kakungnya. Sebagai orang Jawa, kakeknya berpesan singkat: "ojo dumeh". Ribuan tahun sebelumnya, pepatah Tiongkok juga mengingatkan hal serupa, "戒骄戒躁"  (jiè jiāo jiè zào): jangan sombong, jangan grusa-grusu.

Itulah yang terbawa dalam kehidupan Panji. "Tanpa dibuat-buat. Berlaku begitu saja. Apa yang dikatakan beliau itu masih saya lakukan sampai sekarang," ujarnya. 

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan: Nunung Harso Ketua IWPI Jatim: Shun Qi Zi Ran

Lantas, ketika di atas pentas menjadi pesohor yang menghibur banyak penggemar, Panji seolah dituntun bertindak. Diakuinya, memang susah menerapkan itu kala disebut selebritas. Tatkala penuh puja-puji yang bisa memabukkan. "Makanya, di lokasi manggung atau ke mana pun, saya berusaha membaur. Karena di mana pun saya singgah di situlah panggung saya. Saya hanya ingin memperkenalkan diri, memperkenalkan adab, memperkenalkan Sang Pencipta dengan bahasa kaum yang bisa dipahami," terangnya. 

Panji makin tak bisa sombong jika menilik bahwa kebisaannya menjadi musisi dan penyanyi seperti sekarang hanya dari sebuah impian kecil saat SMP. "Dulu senang melihat artis yang bermain drama. Kok tampak asyik ya. Lihat teman yang main gitar, wah keren juga cowok bisa main gitar atau piano," kenangnya. Hingga ia bisa bermain gitar secara benar saat kuliah di UPI Bandung. Utamanya bareng teman-teman dari jurusan seni musik yang setiap hari ditemui.

Berbekal kepiawaian membuat lagu, maka kloplah dua hal itu. Menyanyi bak berpuisi sambil bermain gitar. Panji serasa menemukan dunianya. Sebagai mahasiswa jurusan seni rupa dan menyukai teater, ternyata ekspresinya lebih tumpah ruah ketika di atas manggung untuk bernyanyi. “Sekarang makin nikmat karena lagu-lagu saya mulai banyak didengar orang,” ujarnya. 

Itulah mengapa tak heran jika Panji justru menyukai panggung kecil. “Biar nggak sombong, saya lebih sering intimate concert. Karena lebih nyaman dengan sedikit penonton daripada banyak di panggung besar. Saat begitu saya malah suka memindai wajah penonton. Lalu saya fokus berdoa untuk mereka yang bahkan nggak kenal. Itu nikmat yang paling saya syukuri,” ungkapnya.

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan: Cita Mellisa Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Timur: Ju An Si Wei

Sikap itu, katanya, sekadar menyontoh Rasul. "Saya bicara menyesuaikan pengetahuan pendengar. Mungkin dalam usaha untuk tidak sombong itu salah satunya saya nggak perlu membicarakan semua yang saya ketahui. Secukupnya saja," ujarnya. Tak heran pula jika Panji lebih suka disebut komposer ketimbang musisi atau penyanyi. "Sebab pekerjaan saya nggak menciptakan. Hanya mengomposisikan yang sudah ada," katanya. 

Soal kemasyuharan, Panji berpendapat bahwa yang populer itu pasti ada sebabnya. Begitu pun menjadi tenar. “Ikut saja yang berlaku. Semoga semuanya dalam pengaturan dan penjagaan Allah,” harapnya. Kini, ketika sudah dinilai tersohor, Panji mengacu pitutur ibunya: "Nek lagi duwe duit akeh, jajane podo koyok pas ra duwe duit, dadi ra usah tuku-tuku sing ora perlu (jika sedang punya uang banyak, belanjanya samakan dengan ketika tak punya uang, tak perlu membeli-membeli yang tak perlu, Red)," tandasnya, seolah berwasiat. (Heti Palestina Yunani) 

Kategori :