BACA JUGA:Keren! Kemenag Kembangkan Alquran Berbasis Artificial Intelligence
Para ahli berdebat tentang bagaimana keberadaan DeepSeek di industri AI. --AFP
Selain masalah privasi, DeepSeek juga menunjukkan tanda-tanda sensor dan bias dalam jawabannya. Chatbot tersebut menolak menjawab pertanyaan tentang Xi Jinping, pembantaian Tiananmen 1989, status Taiwan sebagai negara, dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uighur di Xinjiang.
Dalam beberapa kasus, DeepSeek bahkan mulai menjawab sebuah pertanyaan tetapi tiba-tiba menghentikan responsnya. Kemudian menampilkan peringatan bahwa topik tersebut "di luar cakupan yang tersedia."
Efek kehadiran DeepSeek tidak hanya terbatas pada keamanan nasional. Tetapi juga mengguncang pasar saham AS.
Saham perusahaan teknologi utama, terutama yang berkaitan dengan kecerdasan buatan, mengalami penurunan tajam.
BACA JUGA:Dosen Artificial Intelligence
Josh Kushner, investor utama di OpenAI, mengkritik rekan-rekannya yang mendukung DeepSeek. "Teknologi AS yang 'Pro-Amerika' secara terbuka mendukung model Tiongkok yang dilatih dari model terdepan AS, menggunakan chip yang kemungkinan melanggar aturan ekspor, dan menyimpan data pengguna AS di Tiongkok," tulisnya di X.
Elon Musk pun ikut menanggapi, menyebut DeepSeek "jelas memiliki akses ke sejumlah besar chip Nvidia canggih."
Dan Ives, analis di Wedbush, bahkan meragukan klaim bahwa DeepSeek dikembangkan hanya dengan dana 6 juta USD tanpa menggunakan perangkat keras generasi terbaru Nvidia. "Kemungkinan besar itu hanya cerita fiksi," ujarnya.
BACA JUGA:Ribuan Pekerja IBM akan Diganti Robot Artificial Intelligence
Lonjakan DeepSeek juga memicu kekhawatiran bahwa AS mungkin telah kehilangan keunggulan AI dari Tiongkok.
Investor teknologi Marc Andreessen menyebut itu sebagai "momen Sputnik" dalam dunia kecerdasan buatan. Merujuk pada kejutan Amerika saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama ke orbit pada 1957 yang akhirnya memicu perlombaan luar angkasa.
Apakah DeepSeek akan berujung seperti TikTok yang dilarang di AS? Atau justru menjadi pemantik bagi AS untuk mempercepat inovasi AI mereka?
Yang jelas, chatbot asal Tiongkok itu telah memicu gelombang besar di pasar teknologi dan politik global. (*)