Eri mencontohkan, jika ada 1.000 siswa, maka komite dan orang tua yang mampu bisa mengumpulkan dana secara ikhlas untuk menutup biaya kegiatan.
Ia menegaskan, kegiatan seperti study tour, perpisahan, atau wisuda harus bisa dinikmati oleh semua siswa tanpa ada diskriminasi.
“Kalau mau adakan, kumpulkan orang tua yang mampu. Tanya, ‘Bapak-Ibu yang mampu, mau menutup biaya ini tidak?’ Kalau tidak mampu, tidak usah. Yang penting tidak ada lagi perbedaan antara si kaya dan si miskin,” tegas Eri.
Kebijakan tersebut diharapkan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih inklusif dan mengurangi disparitas sosial di antara siswa.
Eri juga meminta Dinas Pendidikan Surabaya untuk memastikan aturan itu diterapkan secara konsisten di semua sekolah negeri.
BACA JUGA:KAI Daop 8 Surabaya Cek Lintas Jalur KA Jelang Angkutan Lebaran 2025
BACA JUGA:Pelaku Komplotan Curanmor di Surabaya Dibekuk, Begini Modus yang Dipakai Pelaku
”Saya tidak mau lagi ada anak-anak yang merasa berbeda karena masalah biaya. Semua harus merasakan kebersamaan tanpa ada tekanan,” jelas Eri. (*)