Paus terpilih menyatakan penerimaan dengan “Accepto” dan memilih nama kepausan. Lalu diumumkan kepada dunia melalui kalimat legendaris: “Habemus Papam!” – “Kita memiliki Paus!”
Scene proses sakral pemilihan Paus melalui conclave-@conclave-
Siapa yang Bisa Dipilih?
Secara teori, siapa pun laki-laki Katolik yang dibaptis dan memiliki integritas moral dapat menjadi Paus. Namun dalam praktiknya, para Paus hampir selalu berasal dari kalangan kardinal. Paus yang belum menjadi uskup harus ditahbiskan terlebih dahulu sebelum menjabat.
Tradisi dan Simbol
Terdapat beragam tradisi dan simbol-simbol tertentu dalam prosesi conclave. Sebagai berikut.
- Penyegelan Kapel Sistina menunjukkan isolasi spiritual.
BACA JUGA:Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Vatikan Sebut Stroke dan Gagal Jantung sebagai Penyebab
- Sumpah kerahasiaan melindungi kemurnian proses.
- Pemilihan nama kepausan mencerminkan visi Paus terpilih.
Stanza delle Lacrime (Ruang Air Mata) adalah tempat pertama bagi Paus baru untuk mengenakan jubah putih, momen penuh haru dan tanggung jawab.
BACA JUGA:Paus Fransiskus Wafat, Berikut Nama-Nama Kandidat Kuat Penggantinya
Pelantikan Paus
Setelah conclave, Paus akan dilantik dalam misa resmi di Lapangan Santo Petrus. Ia menerima pallium dan Cincin Nelayan—simbol otoritasnya sebagai penerus Santo Petrus. Pelantikan itu menjadi pernyataan publik atas awal kepemimpinan spiritual baru.
Conclave bukan hanya mekanisme pemilihan, melainkan sebuah tradisi suci yang menjamin kesinambungan iman dan kepemimpinan dalam Gereja Katolik.
Dari ruangan tertutup Kapel Sistina hingga balkon Basilika Santo Petrus, proses itu menyatukan doa, kebijaksanaan, dan tradisi dalam memilih pemimpin umat Katolik sedunia. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya