Menkeu Ungkap Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal I Terjaga Meski Diterpa Ketidakpastian Global Akibat Tarif AS

Kamis 24-04-2025,14:53 WIB
Reporter : Aiska Safna Fitri*
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan bahwa sistem keuangan Indonesia pada kuartal I tahun 2025 tetap aman dan terkendali meskipun mendapat tekanan dari dinamika global, terutama oleh kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) sekaligus koordinator KSSK, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers hasil Rapat Berkala KSSK II tahun 2025 yang digelar pada Kamis, 24 April 2025.

Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia berhasil menjaga stabilitas keuangan di tengah gejolak eksternal yang ditandai dengan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi global.

“Bahwa situasi stabilitas sistem keuangan pada triwulan I 2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global,” ujar Sri Mulyani.

BACA JUGA:Trump Digugat Rakyat Sendiri, 12 Negara Bagian Ajukan Gugatan Terhadap Kebijakan Tarif Impor

BACA JUGA:Tarif Ekspor RI ke AS Naik Jadi 47 Persen, Menko Airlangga Sepakati Waktu Berunding 60 Hari

Meski demikian, Sri Mulyani menyoroti bahwa ketidakpastian global masih menjadi faktor yang harus diwaspadai. 

Ia menyebut salah satu sumber utama ketidakpastian tersebut adalah kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump, yang memicu ketegangan perdagangan internasional.

“Ketidakpastian tersebut terutama dipicu oleh dinamika terkait kebijakan tarif pemerintah AS dan memunculkan eskalasi perang dagang,” jelasnya.

Kebijakan perdagangan AS yang semakin agresif disebut telah menimbulkan efek psikologis negatif pada pelaku pasar global.

BACA JUGA:DPR Ingatkan Pemerintah Soal Negosiasi Tarif dengan AS: Impor Boleh, Tapi Harus Kuatkan Industri

Sri Mulyani menyebut downside risk global atau potensi penurunan nilai investasi memasuki awal triwulan II 2025 terpantau berada dalam angka yang masih terbilang tinggi.

“Sehingga perlu untuk terus dicermati dan diantisipasi ke depan,” ujar Sri Mulyani.

Downside risk tentunya dapat mengakibatkan banyak investor dan pemilik modal memilih untuk menghindari risiko atau risk averse, dengan mengalihkan investasinya dari aset-aset berisiko ke instrumen yang dianggap lebih aman.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa meningkatnya kecenderungan untuk menghindari risiko ini telah menyebabkan beberapa perubahan di pasar keuangan global. 

Kategori :