INI kabar menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Sebuah studi yang dilakukan Harvard University menunjukkan warga negara Indonesia sebagai orang paling sejahtera (makmur) di dunia. The Global Flourishing Study itu melibatkan 203 ribu responden dari 22 negara di 6 benua yang mewakili 64 persen populasi dunia.
Yang menarik, Jepang yang sangat maju dengan pendapatan per kapita tinggi justru paling tidak sejahtera. Sementara itu, negara dengan pendapatan per kapita rendah selain Indonesia adalah Meksiko di urutan kedua, disusul Filipina dan Nigeria di urutan ketiga dan kelima. Di bagian lain, Israel di urutan keempat dan Amerika Serikat berada di urutan ke-15.
Hasil studi itu juga sejalan dengan survei Global Happiness oleh Ipsos Global Adviser tahun 2024 yang menempatkan warga Indonesia sebagai warga paling bahagia ketiga di dunia. Survei tersebut menunjukkan 82 persen warga Indonesia merasa bahagia sehingga menjadi warga yang paling bahagia di Asia Tenggara.
BACA JUGA:Merdeka dari Kemiskinan
BACA JUGA:Inefisiensi Anggaran Kemiskinan
Studi Kemakmuran Global yang dilakukan peneliti Harvard, Tyler J. Vanderweele, dan belasan peneliti itu dimuat dalam jurnal Nature Mental Health edisi 30 April 2025.
Penelitian menggunakan data longitudinal sejak 2021 dan mengukur kesejahteraan atau kemakmuran dengan cara yang berbeda dengan World Happines Report yang tahun 2023 menempatkan Indonesia di urutan ke-80 dari 132 negara.
World Happiness Report mengukur kebahagiaan bukan dari apa yang dirasakan masyarakat, melainkan melihat fasilitas yang mendukung kebahagiaan. Di antaranya, upaya pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup seperti akses terhadap pelayanan kesehatan, akses pendidikan, dan dukungan sosial.
BACA JUGA:Maling Sayur dan Kemiskinan
BACA JUGA:Indonesia Naik Kelas, Rakyat Makin Sejahtera?
The Global Flourishing Study lebih menekankan pada kesejahteraan individu dalam komunitas dan lingkungan. Indikatornya ada enam yang dinilai secara bersama-sama mendefinisikan kemakmuran atau kesejahteraan. Yaitu, kesehatan, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan, dan keamanan finansial.
Aspek kesejahteraan itu –kesehatan, kebahagiaan, makna, karakter, hubungan, dan keamanan finansial– dapat dipahami sebagai paradigma dari kategori kesejahteraan yang lebih luas: kesejahteraan fisik, kesejahteraan emosional, kesejahteraan kognitif, kesejahteraan kehendak, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan material.
Bukan hanya itu, studi tersebut juga melihat karakteristik-karakteristik warga, mulai usia, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, kehadiran di kegiatan keagamaan, hingga informasi tentang sejarah pribadi, khususnya masa kanak-kanak, termasuk keadaan keuangan keluarga dan paparan terhadap pelecehan.
BACA JUGA:Meningkatkan Jumlah dan Kualitas Nakes untuk Kesejahteraan Rakyat
BACA JUGA:Jabatan Akademik dan Kesejahteraan Dosen