HARIAN DISWAY- Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman agama dan kepercayaan yang sangat kaya. Terdapat enam agama resmi yang diakui negara, serta beragam aliran dan tradisi keagamaan lainnya.
Dalam situasi yang kompleks seperti ini, bagaimana kita menjaga agar keberagaman itu tidak menjadi sumber konflik, tetapi justru menjadi sumber kekuatan bersama? Jawabannya adalah moderasi beragama sebgai sikap tengah yang menolak ekstremisme dan mengedepankan toleransi, saling menghormati, serta dialog antarumat beragama.
Moderasi beragama menjadi sangat penting untuk diperkuat, terutama di era digital dan globalisasi yang bisa mempercepat penyebaran paham radikal dan intoleransi. Moderasi beragama bisa dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang dan tidak ekstrem.
BACA JUGA: Merajut Kembali Jalur Keilmuan dengan Mesir dan Diplomasi Antiradikalisme
Orang yang moderat dalam beragama menghargai keyakinan orang lain, tidak memaksakan pendapat, dan mengutamakan perdamaian serta persatuan dalam masyarakat. Moderasi beragama mengajarkan kita untuk hidup berdampingan secara damai, meskipun berbeda keyakinan.
Sikap moderat berbeda dengan sikap pasif atau acuh terhadap agama, juga jauh dari sikap ekstrem yang intoleran dan mengarah pada radikalisme. Moderasi adalah jalan tengah yang membangun jembatan antara keyakinan dan kemajemukan masyarakat.
Indonesia dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa adalah salah satu negara dengan keberagaman agama terbesar di dunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 87% penduduk Indonesia beragama Islam, sementara sisanya menganut Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan kepercayaan lain.
BACA JUGA: Kunjungan Ke Mesir, Prabowo Sebut Indonesia dan Mesir Miliki Kesamaan Islam Moderat
Keberagaman ini seringkali menjadi sumber kekayaan budaya dan sosial, tetapi juga berpotensi menjadi sumber konflik apabila tidak dikelola dengan baik. Menurut riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2023, sebanyak 65% masyarakat Indonesia menganggap bahwa intoleransi agama dan konflik keagamaan masih menjadi masalah signifikan.
Dalam konteks ini, moderasi beragama hadir sebagai solusi untuk meredam potensi konflik, menjaga keharmonisan sosial, dan membangun solidaritas antarumat beragama. Moderasi beragama harus diperjuangkan, karena untuk mencegah radikalisme dan Intoleransi, radikalisme dan intoleransi agama meningkat secara global, dan Indonesia tidak luput dari ancaman ini.
Peningkatan kelompok radikal hingga 15% dalam lima tahun terakhir menunjukkan perlunya moderasi beragama sebagai benteng melawan terorisme dan kekerasan. -Frankfurter Allgemeine Zeitung-Pinterest
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan bahwa ada peningkatan kelompok radikal yang mengusung paham eksklusif dan mengarah pada kekerasan sekitar 15% dalam lima tahun terakhir.
BACA JUGA:Bukan dari Tampilan, Ini 5 Ciri Penceramah Radikal Menurut BNPT
Moderasi beragama menjadi benteng utama melawan paham-paham ekstrem yang dapat memecah belah masyarakat. Dengan memupuk toleransi dan saling menghormati, moderasi beragama menurunkan risiko konflik berbasis agama dan meminimalkan ruang bagi radikalisme tumbuh.
Selain itu juga untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, indonesia sudah dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Moderasi beragama menjadi salah satu wujud nyata penerapan semboyan ini dalam kehidupan sehari-hari.