Knowledge and power, ’pengetahuan dan kekuasaan’, adalah dua wajah dari satu mata uang logam. Tidak ada power tanpa knowledge. Sebaliknya, knowledge akan menghasilkan power. Karena itu, rezim-rezim penguasa selalu mengontrol knowledge untuk memperkuat dan mempertahankan kekuasaannya.
Itulah yang dilakukan Soeharto ketika berkuasa. Ia menulis ulang sejarah Indonesia menurut versinya sendiri. Di zaman itu sejarawan Noegroho Notosusanto ditugasi untuk menulis sejarah Indonesia versi Soeharto. Maka, Soeharto tampil sebagai hero dan Soekarno sebagai villain, si orang jahat.
Foucault tidak melihat sejarah sebagai sebuah kontinuitas. Menurut Foucault, sejarah adalah diskontinuitas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup manusia senantiasa terjadi diskontuitas, fragmentatif, dan acak.
BACA JUGA:Prabowo di Antara Jokowi dan Megawati
BACA JUGA:Bulan Madu Prabowo
Foucault menolak konsep sejarah yang selalu mengandaikan rangkaian peristiwa yang terjalin secara berkesinambungan, tertata dengan prinsip kausalitas, dan mengandaikan adanya satu pusat yang merupakan titik tolak ataupun titik tuju.
Dalam perspektif itu, kekuasaan rezim Prabowo pun bagian dari fragmen yang acak yang akan digantikan fragmen yang lain.
Salah satu episode sejarah yang akan ditulis ulang oleh Fadli Zon adalah periodisasi penjajahan Belanda di Indonesia. Buku-buku sejarah di sekolah mengajarkan bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Tentu menimbulkan pertanyaan, karena Indonesia baru lahir menjadi negara-bangsa pada 1945.
BACA JUGA:Prabowo Dituding Cawe-Cawe di Pilgub Jateng
BACA JUGA:Demokrasi Santun ala Prabowo
Lain lagi kalau yang dimaksud adalah penjajahan terhadap wilayah Hindia Belanda yang kemudian menjadi Indonesia setelah kemerdekaan. Secara total, wilayah Hindia Belanda baru menyerah total setelah berakhirnya Perang Aceh pada 1904. Belanda kemudian hengkang dari Hindia setelah dikalahkan Jepang pada 1942.
Gagasan untuk menggugat sejarah penjajahan Belanda bukan ide baru. Gagasan itu sudah bergulir lama, sejak era 1990-an. Tokoh yang paling vokal ialah sejarawan Taufik Abdullah. Menurutnya, penjajahan 350 tahun hanya mitos. Yang terjadi justru Belanda memerlukan lebih dari 300 tahun untuk menaklukkan beberapa daerah di Hindia Belanda.
Jika menulis ulang episode itu, Fadli Zon bisa mendapatkan apresiasi. Namun, di balik penulisan ulang itu, muncul banyak kecurigaan bahwa Fadli ingin menulis ulang sejarah menurut versi rezim Prabowo.
BACA JUGA:Palang Pintu Prabowo
BACA JUGA:Wajah Jokowi di Kabinet Prabowo
Salah satu yang paling disorot adalah peran Prabowo dalam proses Reformasi 1998. Salah satu episode paling krusial adalah peran Prabowo dalam operasi Tim Mawar yang diyakini terlibat dalam penculikan dan penghilangan sejumlah mahasiswa dan aktivis demokrasi.